Senin, 01 Mei 2017

Makalah Metodologi Penelitian "Rangkuman dan Kesimpuan"

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang dan masalah
Dalam Suatu penelitian terdapat beberapa mata rantai dalam jalinan logika  penelitian, dalam penelitian tebagi menjadi dua bagian yaitu, penelitian kualitatif dan kuantitatif, penelitian juga memiliki objek-objek yang berbeda dimana panjang tulisannya sangat tergantung dari bahan yang akan kita tulis, dalam hal tersebut untuk menyimpulkannya maka dibutuhkanlah kesimpulan agar lebih singkap dan jelas. selanjutnya yang akan dibahas pada makalah kali ini adalah mengenai Kesimpulan dalam penelitian
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian kesimpulan dan rangkuman?
2.      Apa perbedaan antara kesimpulan dan rangkuman?
3.      Apasaja metode dalam penarikan kesimpulan?
4.      Bagaimana kemungkinan kesalahan dalam penarikan kesimpulan?
5.      Bagaimana penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif ?
C.    Tujuan
Agar mahasiswa lebih mudah dalam mengetahui pengertian kesimpulan, rangkuman dan juga dapat membedakan antara kesimpulan dan rangkuman, kemudian agar dapat mengetahui metode dalam penarikan kesimpulan, kemungkinan kesalahan dalam penarikan kesimpulan dan mengetahui penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif.





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kesimpulan
Kesimpulan (Conslusion) adalah suatu pernyataan umum dan logis yang ditarik dari beberapa kasus, dan menunjukan pola yang menggambarkan ciri-ciri kasus-kasus tersebut. Kesimpulan juga dapat ditarik dengan cara sebaliknya, yaitu suatu pernyataan umum dan logis yang telah teruji kebenarannya melalui bukti-bukti.
Karena itu, kesimpulan bisa sangat salah dan menyesatkan. Dua orang yang membaca sekelompok data yang sama mungkin akan sampai ke kesimpulan yang berbeda. Hal ini dimungkinkan sebab dalam pengambilan kesimpulan seseorang dipengaruhi oleh persepsi, teori, asumsi, atau prasangka yang telah ada dibenaknya.meskipun demikian, Hakikatnya kesimpulan adalah kebenaran itu sendiri, yakni kebenaran ilmu. Kita ingat kembali, kebenaran ilmu harus diterima sebagai kebenaran sebelum dibuktikan salah. Karena itu, kesimpulan identik dengan kebenaran, yang kedunya siap diuji (bukan “dibuktikan”). Kesimpulan sebuah tesis atau sekripsi hakikatnya adalah jawaban penelitian terhadap pertanyaan penelitian yang diajukan diawal sekripsi.
B.     Rangkuman
Rangkuman (summary) adalah penjelasan singkat tentang sesuatu hal yang sebelumnya telah dijelaskan secara panjang lebar. Karena itu beda antara kesimpulan dan rangkuman adalah bahwa kesimpulan melibatkan asumsi, teori, persepsi atau prasangka, dari si pembuat kesimpulan, sedangkan rangkuman hanya memerlukan suatu keterampilan teknis untuk mengutarakan hal yang sama dalam cara dan format yang sesingkat mungkin.
Selain itu, dalam hal rangkuman,kita hanya berbicara soal “rangkuman yang lengkap”. Dan “rangkuman yang tidak lengkap”. Dalam hal kesimpulan, kita membedakan “kesimpulan yang benar” dengan “kesimpulan yang salah”. Setiap bab dalam buku dilengkapi dengan sebuah rangkuman, bukan kesimpulan.
Siswa atau peneliti pemula sering kali kesulitan membedakan antara kesimpulan dan rangkuman. Bab lima atau bab akhir dari sebuah tesis atau sekripsi adalah kesimpulan, bukan rangkuman. “Executive Summary” dari sebuah laporan adalah rangkuman, bukan kesimpulan.
C.    Metode Deduktif
Metode deduktif memiliki sejarah yang panjang dan dapat ditelusuri sampai ke jaman yunani sebelum masehi. Tetapi secara singkat, metode deduktif mensyaratkan adanya pernyataan-pernyataan tentang suatu hipotesis dan kemudian menguji hipotesis tersebut secara empiris.
Karena itu, seorang peneliti yang memformulasikan permasalahan penelitiannya dalam bentuk hipotesis, secara sadar atau tidak sadar ia telah menerapkan prinsip berfikir deduktif. Ia mulai dari kasus-kasus umum, dan kemudian menguji kebenarannya pada kasus-kasus yang lebih khusus.
Karena itu pula, kesimpulan yang mengikuti logika berpikir deduktif membawa konsekuwensi logis, bahwa kesimpulan itu berhubungan dengan penerimaan atau penolakan hipotesis yang di uji. Apa yang diuji ini secara teknis adalah hipotesis nol (Ho,null hyphotesis). Secara sederhana dikatakan bahwa penerimaan Ho berarti penolakan terhadap Ha (Hipotesis alternatif). Sebaliknya, penolakan Ho berarti penerimaan Ha.
Pada saat-saat tertentu dalam sejarah, para ahli dan filosof  ilmu sampai pernah mengatakan bahwa “hanya metode deduktiflah yang mampu menghasikan kesimpulan yang dapat dipercaya”. Bahkan suatu saat, ilmuwan tersohor Albert Einstein pernah menyatakan  (dikutip dari Suriassumantri,1981):
“Tak ada metode induktif yang mampu menuju pada konsep fundamental dari ilmu alam. Kegagalan dalam menyadari hal ini merupakan kesalahan dasar filosofis dari banyak sekali peniliti dalam abad 19. Sekarang kita sadari dengan sepenuhnya betapa salahnya para ahli teori yang berpendapat bahwa teori datang secara induktif dari pengalaman”.
Einstein barangkali memang benar dalam konteks ilmu-ilmu alam (Eksakta), terutama dalam ilmu-ilmu murni dan teoritis. Tetapi bagaimana dengan ilmu-ilmu sosial yang mempunyai realitas dan paradigma yang berbeda?
D.     Metode Induktif
               Metode induktif diperkenalkan dan pelopori oleh Francis Bacon pada permulaan abad 17. Bacon banyak mengulas dasar-dasar pemikiran yang melatarbelakangi metode induktif ini. Tetapi secara singkat dan sederhana, metode induktif adalah metode pengambilan kesimpulan yang dimulai dari pemahaman terhadap kasus-kasus khusus kedalam bentuk kesimpulan umum.
Dalam hal ini, Bacon menyatakan (dikutip dari suriasumantri, 1981) bahwa:
“jika seseorang mengumpulkan keterangan yang cukup tentang sesuatu tanpa anggapan yang sebelumnya sudah terbentuk tentang hal tersebut atau dengan perkataan lain mencoba mempertahankan objektifitas yang sempurna maka hubungan-hubungan yang terkait secara azasi akan muncul sebagai suatu kesimpulan bagi pengamat yang tekun”.

Dalam suatu penelitian, jika peneliti merumuskan permasalahan – permasalahan penelitinya dalam bentuk pertanyaan – pertanyaan terbuka, maka sadar atau tidak sadar ia tengah menggunakan metode induktif. Dalam hal ini, kesimpulan penelitiannya nanti akan ditarik dengan cara mensistensikan jawaban-jawaban dari berbagai pertanyaan penelitiannya itu.
Konsekwensi logis dari metode penyimpulan induktif ini, peneliti tidak perlu membuat hipotesis-hipotesis di dalam penelitiannya. Teori-teori, asumsi-asumsi, anggapan dasar mungkin masih diperlukan. Tetapi semua ini hanya sebagai dasar untuk membuat pertanyaan-pertanyaan yang benar, bukan untuk mengajukan suatu hipoesis.

E.     Metode Induktif-Deduktif
Ada kalanya, dan ada benarnya, seorang peneliti menggabungkan antara metode induktif dan metode deduktif. Dalam kasus seperti ini, mula-mula peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan penelitian dan menjawabnya secara induktif. Jawaban dari pertanyaan ini akan mengasilkan suatu kesimpulan.
Dari kesimpulan-kesimpulan yang ditarik secara induktif ini, kemudian peneliti mengubahnya menjadi hipotesis-hipotesis yang siap diuji kebenarannya. Ini adalah penerapan metode deduktif.

F.     Kesalahan Dalam Pengambilan Kesimpulan

Ada pepatah yang mengatakan bahwa “ Great thinkers think alike” (pemikir besar berfikir sama). Jadi, jika ada dua peneliti yang melakukan dua penelitian persis sama, kesimpulannya seharusnya sama. Tetapi, hal demikian ini tidak terjadi sesederhana itu. Kesimpulan bisa salah dan menyesatkan meskipun penelitian dilakukan sebaik-baiknya oleh peneliti.
Jika menggunakan uji hiptesis, kita mengenal dua macam kesalahan dalam hal penerimaan atau penolakan hipotesis yang kita uji. Kesalahan ini disebut kesalahan tipe I (Alpha) dan kesalahan tipe II (beta). Kesalahan tipe I jika Ho teruji benar, tetapi malah ditolak oleh peneliti. Kesalahan tipe II terjadi jika Ho tidak teruji benar, tetapi diterima oleh peneliti.
Dilihat dari sebab terjadinya kesalahan, ada beberapa kemungkinan penyebab. Pertama, peneliti membuat kesalahan dalam perumusan hipotesis yang hendak diujinya. Kesalahan ini disebabkan mungkin karena pemeliti kirang tekun mempelajari teori-teori dan asumsi-asumsi yang mendasari hipotesis penelitiannya. Karena itu, hipotesis terlalu premature diajukan, tidak didukung teori yang kuat.
Penyebab kedua mungkin berhubungan dengan metodologi penelitian. Metode yang dipilih mungkin tidak tepat. Sampel diambil secara kacau dan salah. Instrument buruk. Dan data yang terkumpul berkualitas rendah. Kalaupun data yang buruk ini dianalisis dengan baik, hasilnyapun akan tetap buruk. Akibanya, kesimpulan yang diambil akansalah dan menyesatkan.
Jika peneliti tidak menggunakan formulasi hipotesis, tetapi pertanyaan-pertanyaan peneliti, kesimpulan yang diambil pum bisa salah karena beberapa sebab. Pertama, peneliti mengajukan petanyaan-pertanyaan yang salah. Ini mungkin karena peneliti tidak memiliki cukup informasi untuk melatarbelakangi penelitiannya.
Kesalahan kedua mungkin berhubungan dengan metodologi penelitian. Pertanyaan penelitian tidak jelas variabelnya. Variable tidak jelas indikatornya. Sumber data dipilih secara sembarangan, sampel diambil secara acak-acakan, dan seterusnya.
Kesalahan ketiga mungkin berhubungan dengan faktor-faktor subyektif yang dimiliki peneliti, yang mempengaruhi proses penarikan kesimpulan. Peneliti mungkin telah mempunyai prasangka dan “harapan-harapan” tertentu dari pemelitiannya. Peneliti “terpaksa” harus berbohong karena satu dan lain hal. Peneliti mungkin juga memang secara sengaja untuk mengarahkan penelitiannya ke kesimpulan tertentu untuk satu dan lain tujuan.

G.    Kesimpulan Dalam Penelitian Kualitatif
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif pada dasarnya sama dengan kesimpulan kuantitatif. Namun tentu saja kesimpulan penelitian kualitatif tidak memerlukan angka-angka atau pengujian statistikuntuk mendasari kesimpulan tersebut. Keseimpulan penelitian kualitatif berbentuk deskripsi kualitatif, yang merupakan kristalisasi dan konsep tualisasi dari temuan lapangan. Kesimpulan bahwa orang-orang asia pada umumnya bersifat komunal dan tidak individual tidak ditarik dari suatu analisa statistik dari penelitian kuantitatif. Tapi hal ini merupakan kristalisaisi dari pengalaman dan pengamatan kualitatif dari banyak peneliti kualitatif tentang bangsa asia. Jika begitu, apakah kesimpulan penelitian kualitatif memiliki gaya generalisasi, seperti dalam penelitian kantitatif?
Dalam penelitian kuantitatif, kesimpulan penelitian adalah bersifat unik dan “individual”. Penerapan kesimpulan itu tidak berlaku untuk kasus lain. Tetapi bila banyak peneliti dilakukan orang namun masih dalam kontek yang sama meskipun di populasi dan daerah yang berbeda-beda, maka kesimpulan-kesimpulan yang dihasilkan dari masing-masing penelitian itu dapat menghasilkan suatu potret umum tentang sesuatu. Inilah makna “generalisasi” dalam penelitian kualitatif. Karena itu generalisasi alam penelitian kualitatif tidak diberi sifat “obyektif”, tetapi “intersubjektif” (memiliki intersubjektifitas).
Seorang peneliti budaya jawa di daerah Banyumas tidak berprentensi bahwa penemuannya akan berlaku juga di Jogya atau Pekalongan. Tetapi bila ada peneliti lain di Jogya dan Pekalongan melakukan penelitian yang mirip di masing-masing kota itu, ketiga peneliti itu mungkin akan menghasilkan suatu kesimpulan “generalisasi” yang sama tentang budaya Jawa. Mamun, seandainya pun penemuan di Banyumas sama sekali tidak perlu risau dan memaksakan diri untuk membuat kesimpulan yang sama. Sejak semula suatu penelitian kualitatif memang selalu bersifat khas dan spesifik untuk suatu hal saja.










BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pada pembahasan makalah yang berjudul kesimpulan penelitian maka dapat disimpulkan bahwasannya, kesimpulan (conclusion) merupakan hasil penelitian kita yang secara sistematik dan ilmiah berdasarkan pada data-data yang telah kita kumpulkan sebelumnya. Sedangkan rangkuman hanyalah merupakan penyingkapan suatu hal secara singkat, yang sebelumnya hal tersebut telah dijelaskan secara luas dan rinci, karena itu kesimpulan bisa salah dan menyesatkan, tetapi rangkuman seharusnya tidak salah namun hanya kurang lengkap.
Makalah ini juga dilengkapi dengan tiga metode pengambilan kesimpulan, yaitu metode deduktif, induktif,dan metode induktif dan deduktif . ketiga metode ini sah dan lazim digunakan di berbagai penelitian sosial. Selain itu, dibahas pula kemungkinan kesalahan dalam penarikan kesimpulan.














DAFTAR PUSTAKA


Irawan, Prasetya (1999). Logika dan prosedur penelitian(pengantar teori dan panduan praktis penelitian sosial bagi mahasiswa dan peneliti pemula), jakarta. STIA-LAN press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar