BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
dan masalah
Dalam Suatu penelitian terdapat beberapa mata
rantai dalam jalinan logika penelitian, dalam
penelitian tebagi menjadi dua bagian yaitu, penelitian kualitatif dan
kuantitatif, penelitian juga memiliki objek-objek yang berbeda dimana panjang
tulisannya sangat tergantung dari bahan yang akan kita tulis, dalam hal
tersebut untuk menyimpulkannya maka dibutuhkanlah kesimpulan agar lebih singkap
dan jelas. selanjutnya yang akan dibahas pada makalah kali ini adalah mengenai
Kesimpulan dalam penelitian
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian kesimpulan dan rangkuman?
2.
Apa perbedaan antara kesimpulan dan rangkuman?
3.
Apasaja metode dalam penarikan kesimpulan?
4.
Bagaimana kemungkinan kesalahan dalam penarikan kesimpulan?
5.
Bagaimana penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif ?
C.
Tujuan
Agar mahasiswa lebih mudah dalam mengetahui pengertian
kesimpulan, rangkuman dan juga dapat membedakan antara kesimpulan dan
rangkuman, kemudian agar dapat mengetahui metode dalam penarikan kesimpulan,
kemungkinan kesalahan dalam penarikan kesimpulan dan mengetahui penarikan
kesimpulan dalam penelitian kualitatif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesimpulan
Kesimpulan (Conslusion) adalah suatu pernyataan
umum dan logis yang ditarik dari beberapa kasus, dan menunjukan pola yang
menggambarkan ciri-ciri kasus-kasus tersebut. Kesimpulan juga dapat ditarik
dengan cara sebaliknya, yaitu suatu pernyataan umum dan logis yang telah teruji
kebenarannya melalui bukti-bukti.
Karena itu, kesimpulan bisa sangat salah dan
menyesatkan. Dua orang yang membaca sekelompok data yang sama mungkin akan
sampai ke kesimpulan yang berbeda. Hal ini dimungkinkan sebab dalam pengambilan
kesimpulan seseorang dipengaruhi oleh persepsi, teori, asumsi, atau prasangka
yang telah ada dibenaknya.meskipun demikian, Hakikatnya kesimpulan adalah
kebenaran itu sendiri, yakni kebenaran ilmu. Kita ingat kembali, kebenaran ilmu
harus diterima sebagai kebenaran sebelum dibuktikan salah. Karena itu,
kesimpulan identik dengan kebenaran, yang kedunya siap diuji (bukan
“dibuktikan”). Kesimpulan sebuah tesis atau sekripsi hakikatnya adalah jawaban
penelitian terhadap pertanyaan penelitian yang diajukan diawal sekripsi.
B. Rangkuman
Rangkuman (summary) adalah penjelasan singkat
tentang sesuatu hal yang sebelumnya telah dijelaskan secara panjang lebar.
Karena itu beda antara kesimpulan dan rangkuman adalah bahwa kesimpulan
melibatkan asumsi, teori, persepsi atau prasangka, dari si pembuat kesimpulan,
sedangkan rangkuman hanya memerlukan suatu keterampilan teknis untuk
mengutarakan hal yang sama dalam cara dan format yang sesingkat mungkin.
Selain itu, dalam hal rangkuman,kita hanya berbicara
soal “rangkuman yang lengkap”. Dan “rangkuman yang tidak lengkap”. Dalam hal
kesimpulan, kita membedakan “kesimpulan yang benar” dengan “kesimpulan yang
salah”. Setiap bab dalam buku dilengkapi dengan sebuah rangkuman, bukan
kesimpulan.
Siswa atau peneliti pemula sering kali
kesulitan membedakan antara kesimpulan dan rangkuman. Bab lima atau bab akhir
dari sebuah tesis atau sekripsi adalah kesimpulan, bukan rangkuman. “Executive
Summary” dari sebuah laporan adalah rangkuman, bukan kesimpulan.
C. Metode Deduktif
Metode deduktif memiliki sejarah yang panjang
dan dapat ditelusuri sampai ke jaman yunani sebelum masehi. Tetapi secara
singkat, metode deduktif mensyaratkan adanya pernyataan-pernyataan tentang
suatu hipotesis dan kemudian menguji hipotesis tersebut secara empiris.
Karena itu, seorang peneliti yang
memformulasikan permasalahan penelitiannya dalam bentuk hipotesis, secara sadar
atau tidak sadar ia telah menerapkan prinsip berfikir deduktif. Ia mulai dari
kasus-kasus umum, dan kemudian menguji kebenarannya pada kasus-kasus yang lebih
khusus.
Karena itu pula, kesimpulan yang mengikuti
logika berpikir deduktif membawa konsekuwensi logis, bahwa kesimpulan itu
berhubungan dengan penerimaan atau penolakan hipotesis yang di uji. Apa yang
diuji ini secara teknis adalah hipotesis nol (Ho,null hyphotesis). Secara
sederhana dikatakan bahwa penerimaan Ho berarti penolakan terhadap Ha
(Hipotesis alternatif). Sebaliknya, penolakan Ho berarti penerimaan Ha.
Pada saat-saat tertentu dalam sejarah, para
ahli dan filosof ilmu sampai pernah
mengatakan bahwa “hanya metode deduktiflah yang mampu menghasikan kesimpulan
yang dapat dipercaya”. Bahkan suatu saat, ilmuwan tersohor Albert Einstein
pernah menyatakan (dikutip dari
Suriassumantri,1981):
“Tak ada metode induktif yang mampu menuju
pada konsep fundamental dari ilmu alam. Kegagalan dalam menyadari hal ini
merupakan kesalahan dasar filosofis dari banyak sekali peniliti dalam abad 19.
Sekarang kita sadari dengan sepenuhnya betapa salahnya para ahli teori yang berpendapat
bahwa teori datang secara induktif dari pengalaman”.
Einstein barangkali memang benar dalam konteks
ilmu-ilmu alam (Eksakta), terutama dalam ilmu-ilmu murni dan teoritis. Tetapi
bagaimana dengan ilmu-ilmu sosial yang mempunyai realitas dan paradigma yang
berbeda?
D. Metode Induktif
Metode induktif
diperkenalkan dan pelopori oleh Francis Bacon pada permulaan abad 17. Bacon
banyak mengulas dasar-dasar pemikiran yang melatarbelakangi metode induktif
ini. Tetapi secara singkat dan sederhana, metode induktif adalah metode
pengambilan kesimpulan yang dimulai dari pemahaman terhadap kasus-kasus khusus
kedalam bentuk kesimpulan umum.
Dalam hal ini, Bacon
menyatakan (dikutip dari suriasumantri, 1981) bahwa:
“jika seseorang mengumpulkan keterangan yang cukup
tentang sesuatu tanpa anggapan yang sebelumnya sudah terbentuk tentang hal
tersebut atau dengan perkataan lain mencoba mempertahankan objektifitas yang
sempurna maka hubungan-hubungan yang terkait secara azasi akan muncul sebagai
suatu kesimpulan bagi pengamat yang tekun”.
Dalam suatu
penelitian, jika peneliti merumuskan permasalahan – permasalahan penelitinya
dalam bentuk pertanyaan – pertanyaan terbuka, maka sadar atau tidak sadar ia
tengah menggunakan metode induktif. Dalam hal ini, kesimpulan penelitiannya
nanti akan ditarik dengan cara mensistensikan jawaban-jawaban dari berbagai
pertanyaan penelitiannya itu.
Konsekwensi logis
dari metode penyimpulan induktif ini, peneliti tidak perlu membuat
hipotesis-hipotesis di dalam penelitiannya. Teori-teori, asumsi-asumsi,
anggapan dasar mungkin masih diperlukan. Tetapi semua ini hanya sebagai dasar
untuk membuat pertanyaan-pertanyaan yang benar, bukan untuk mengajukan suatu
hipoesis.
E. Metode Induktif-Deduktif
Ada kalanya, dan ada
benarnya, seorang peneliti menggabungkan antara metode induktif dan metode
deduktif. Dalam kasus seperti ini, mula-mula peneliti mengajukan
pertanyaan-pertanyaan penelitian dan menjawabnya secara induktif. Jawaban dari
pertanyaan ini akan mengasilkan suatu kesimpulan.
Dari kesimpulan-kesimpulan
yang ditarik secara induktif ini, kemudian peneliti mengubahnya menjadi
hipotesis-hipotesis yang siap diuji kebenarannya. Ini adalah penerapan metode
deduktif.
F. Kesalahan Dalam Pengambilan Kesimpulan
Ada pepatah yang
mengatakan bahwa “ Great thinkers think alike” (pemikir besar berfikir sama).
Jadi, jika ada dua peneliti yang melakukan dua penelitian persis sama,
kesimpulannya seharusnya sama. Tetapi, hal demikian ini tidak terjadi
sesederhana itu. Kesimpulan bisa salah dan menyesatkan meskipun penelitian
dilakukan sebaik-baiknya oleh peneliti.
Jika menggunakan uji
hiptesis, kita mengenal dua macam kesalahan dalam hal penerimaan atau penolakan
hipotesis yang kita uji. Kesalahan ini disebut kesalahan tipe I (Alpha) dan
kesalahan tipe II (beta). Kesalahan tipe I jika Ho teruji benar, tetapi malah
ditolak oleh peneliti. Kesalahan tipe II terjadi jika Ho tidak teruji benar,
tetapi diterima oleh peneliti.
Dilihat dari sebab
terjadinya kesalahan, ada beberapa kemungkinan penyebab. Pertama, peneliti membuat
kesalahan dalam perumusan hipotesis yang hendak diujinya. Kesalahan ini
disebabkan mungkin karena pemeliti kirang tekun mempelajari teori-teori dan
asumsi-asumsi yang mendasari hipotesis penelitiannya. Karena itu, hipotesis
terlalu premature diajukan, tidak didukung teori yang kuat.
Penyebab kedua
mungkin berhubungan dengan metodologi penelitian. Metode yang dipilih mungkin
tidak tepat. Sampel diambil secara kacau dan salah. Instrument buruk. Dan data
yang terkumpul berkualitas rendah. Kalaupun data yang buruk ini dianalisis
dengan baik, hasilnyapun akan tetap buruk. Akibanya, kesimpulan yang diambil
akansalah dan menyesatkan.
Jika peneliti tidak
menggunakan formulasi hipotesis, tetapi pertanyaan-pertanyaan peneliti,
kesimpulan yang diambil pum bisa salah karena beberapa sebab. Pertama, peneliti
mengajukan petanyaan-pertanyaan yang salah. Ini mungkin karena peneliti tidak
memiliki cukup informasi untuk melatarbelakangi penelitiannya.
Kesalahan kedua
mungkin berhubungan dengan metodologi penelitian. Pertanyaan penelitian tidak
jelas variabelnya. Variable tidak jelas indikatornya. Sumber data dipilih
secara sembarangan, sampel diambil secara acak-acakan, dan seterusnya.
Kesalahan ketiga
mungkin berhubungan dengan faktor-faktor subyektif yang dimiliki peneliti, yang
mempengaruhi proses penarikan kesimpulan. Peneliti mungkin telah mempunyai
prasangka dan “harapan-harapan” tertentu dari pemelitiannya. Peneliti
“terpaksa” harus berbohong karena satu dan lain hal. Peneliti mungkin juga
memang secara sengaja untuk mengarahkan penelitiannya ke kesimpulan tertentu
untuk satu dan lain tujuan.
G.
Kesimpulan
Dalam Penelitian Kualitatif
Kesimpulan
dalam penelitian kualitatif pada dasarnya sama dengan kesimpulan kuantitatif.
Namun tentu saja kesimpulan penelitian kualitatif tidak memerlukan angka-angka
atau pengujian statistikuntuk mendasari kesimpulan tersebut. Keseimpulan
penelitian kualitatif berbentuk deskripsi kualitatif, yang merupakan
kristalisasi dan konsep tualisasi dari temuan lapangan. Kesimpulan bahwa
orang-orang asia pada umumnya bersifat komunal dan tidak individual tidak
ditarik dari suatu analisa statistik dari penelitian kuantitatif. Tapi hal ini
merupakan kristalisaisi dari pengalaman dan pengamatan kualitatif dari banyak
peneliti kualitatif tentang bangsa asia. Jika begitu, apakah kesimpulan
penelitian kualitatif memiliki gaya generalisasi, seperti dalam penelitian
kantitatif?
Dalam
penelitian kuantitatif, kesimpulan penelitian adalah bersifat unik dan
“individual”. Penerapan kesimpulan itu tidak berlaku untuk kasus lain. Tetapi
bila banyak peneliti dilakukan orang namun masih dalam kontek yang sama
meskipun di populasi dan daerah yang berbeda-beda, maka kesimpulan-kesimpulan
yang dihasilkan dari masing-masing penelitian itu dapat menghasilkan suatu
potret umum tentang sesuatu. Inilah makna “generalisasi” dalam penelitian
kualitatif. Karena itu generalisasi alam penelitian kualitatif tidak diberi
sifat “obyektif”, tetapi “intersubjektif” (memiliki intersubjektifitas).
Seorang
peneliti budaya jawa di daerah Banyumas tidak berprentensi bahwa penemuannya
akan berlaku juga di Jogya atau Pekalongan. Tetapi bila ada peneliti lain di
Jogya dan Pekalongan melakukan penelitian yang mirip di masing-masing kota itu,
ketiga peneliti itu mungkin akan menghasilkan suatu kesimpulan “generalisasi”
yang sama tentang budaya Jawa. Mamun, seandainya pun penemuan di Banyumas sama
sekali tidak perlu risau dan memaksakan diri untuk membuat kesimpulan yang
sama. Sejak semula suatu penelitian kualitatif memang selalu bersifat khas dan spesifik
untuk suatu hal saja.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada pembahasan makalah yang berjudul kesimpulan
penelitian maka dapat disimpulkan bahwasannya, kesimpulan (conclusion)
merupakan hasil penelitian kita yang secara sistematik dan ilmiah berdasarkan
pada data-data yang telah kita kumpulkan sebelumnya. Sedangkan rangkuman
hanyalah merupakan penyingkapan suatu hal secara singkat, yang sebelumnya hal
tersebut telah dijelaskan secara luas dan rinci, karena itu kesimpulan bisa
salah dan menyesatkan, tetapi rangkuman seharusnya tidak salah namun hanya
kurang lengkap.
Makalah ini juga dilengkapi dengan tiga metode
pengambilan kesimpulan, yaitu metode deduktif, induktif,dan metode induktif dan
deduktif . ketiga metode ini sah dan lazim digunakan di berbagai penelitian
sosial. Selain itu, dibahas pula kemungkinan kesalahan dalam penarikan
kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA
Irawan,
Prasetya (1999). Logika dan prosedur penelitian(pengantar teori dan
panduan praktis penelitian sosial bagi mahasiswa dan peneliti pemula),
jakarta. STIA-LAN press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar