Jumat, 02 Desember 2016

Makalah Psikologi Pendidikan "Teori dan Praktek"

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Menetapkan tujuan pada awal pembelajaran adalah langkah mendasar dalam memberikan kerangka dan masing-masing pembelajaran akan masuk kesana dengan tepat. Tanpa kerangka kerja semacam itu, kita akan mudah melenceng dari jalur menghabiskan terlalu banyak waktu untuk topik yang tidak penting bagi pelajaran tersebut. Seorang guru biologi sekolah menengah atas menghabiskan kebanyakan tahun itu dengan mengajarkan biokimia; siswany mengetahui segala hal tentang susunan kimia dma, sel darah merah, keloropil, dn zat tepung tetapi hanya sedikit tentang zologi, botani, anatomi, atau topik lain yang biasanya penting untuk biologi sekolah menengah atas. Kemudian, pada ahir mei guru tersebut kalang-kabut karena dia menyadari bahwa kelas itu harus melakukan serangkaian latihan laboratorium sebelum ahir tahun. Dalam beberapa hari berturut-turut, mereka membedah katak, mata, otak dan janin binatang . tidak perlu di katakan lagi, siswa tersebut hanya mempelajari sedikit dari laboratorium yang tergesa-gesa itu dan sedikit tentang biologi pada umumnya. Guru ini tidak mempunyai rencana induk tetapi memutuskan minggu perminggu (atau barangkali hari perhari) apa yang akan di ajarkan, dengan demikian, tidak melihat gambaran besarnya lingkup pengetahuamn yang pada umumnya di sepakati pentinga bagi siswa sekolah menengah umum untuk di pelajari dalam mata pelajaran biologi. Hanya sedikit guru mengikuti perencana dengan masih sangat membantu (Clar dan Peterson, 1996).
Tujuan pengajaran (instructional), yang kadang-kadang disebut tujuan perilaku (behavioral objective) adalah pernyataan tentang kemampuan atau konsep yang di harapkan akan di ketahui siswa pada ahir jangka waktu pengajaran. Lajimnya, tujuan pengajaran dinyatakan dengan cara tertentu yang menjelaskan ketat begitu mereka menyusunnya, tetapi peroses penyusunnnya tersebut
bagaimana tujuan itu akan di ukur (lihat majer, 1975).


B.       Rumusan Masalah
1.        Apa Yang Dimaksud Dengan Tujuan Pengajaran Dan Bagaimana Penggunaannya?
2.        Bagaimana Pembelajaran Siswa Di Evaluasi
3.        Bagaimana Ujian Disusun?
4.        Apa Yang Di Maksud Dengan Penilaian Otentik, Portofolio, Dan Kinerja?
C.      Tujuan Pembahasan
1.        Agar dapat memahami Apa Yang Dimaksud Dengan Tujuan Pengajaran Dan Bagaimana Penggunaannya
2.        Agar dapat mengerti  Bagaimana Pembelajaran Siswa Di Evaluasi
3.        Agar dapat mengetahui Bagaimana Ujian Disusun?
4.        Agar dapat memahami  Apa Yang Di Maksud Dengan Penilaian Otentik, Portofolio, Dan Kinerja?


BAB II
PEMBAHASAN

A.           Apa Yang Dimaksud Dengan Tujuan Pengajaran Dan Bagaimana Penggunaannya?
Apa yang anda inginkan untuk di ketahuai dan sanggup dilakukan siswa anda pada ahir pelajaran hari ini? Apa yang seharusnya yang mereka ketahui pada ahir serangkaiyan pembelajaran dalam mata pelajaran tertentu ? apa yang seharusnya mereka ketahui pada ahir pelajaran tersebut? Mengetahui jawaban pertanyan-perrtnyaan ini menjadi salah satu prasyrat terpentying pengajaran intensional dan bermutu tinggi, guru bagaikan penunjuk jalan di hutan belantara bersama sekelompok pemula. Kalau guru tersebut tidak mempunyai pet atau rencana untuk membawa kelompok itu kemana mereka ingin pergi, selururuh kelompok itu pasti akan tersesat siswa pak sullivan menikmati banyak suasana yang menyenangkan tetapi, karena guru mereka tidak mempunyai rencana tentang bagaimana pelajarannya akan memberi mereka konsep-konsep yang perlu terkait dengan perang sudara tersebut, mereka tidak akan mungkin mempelajari konsep-konsep tersebut.
Menetapkan tujuan pada awal pembelajaran adalah langkah mendasar dalam memberikan kerangka dan masing-masing pembelajaran akan masuk kesana dengan tepat. Tanpa kerangka kerja semcam itu, kita akan mudah melenceng dari jalur menghabiskan terlalau banyak waktu untuk topik yang tidak penting bagi pelajaran tersebut. Seorang guru biologi sekolah menengah atas menghabiskan kebanyakan tahun itu dengan mengajarkan biokimia; siswany mengetahui segala hal tentang susunan kimia dma, sel darah merah, keloropil, dn zat tepung tetapi hanya sedikit tentang zologi, botani, anatomi, atau topik lain yang biasanya penting untuk biologi sekolah menengah atas. Kemudian, pada ahir mei guru tersebut kalang-kabut karena dia menyadari bahwa kelas itu harus melakukan serangkaian latihan laboratorium sebelum ahir tahun. Dalam beberapa hari berturut-turut, mereka membedah katak, mata, otak dan janin binatang . tidak perlu di katakan lagi, siswa tersebut hanya mempelajari sedikit dari laboratorium yang tergesa-gesa itu dan sedikit tentang biologi pada umumnya. Guru ini tidak mempunyai rencana induk tetapi memutuskan minggu per minggu ( atau barangkali hari perhari) apa yang akan di ajarkan, dengan demikian, tidak melihat gambaran besarnya lingkup pengetahuan yang pada umumnya di sepakati penting bagi siswa sekolah menengah umum untuk di pelajari dalam mata pelajaran biologi. Hanya sedikit guru mengikuti perencana dengan ketat begitu mereka menyusunnya, tetapi peroses penyusunnnya tersebut masih sangat membantu (Clar dan Peterson, 1996).
Tujuan pengajaran (instructional), yang kadang-kadang disebut tujuan perilaku (behavioral objective) adalah pernyataan tentang kemampuan atau konsep yang di harapkan akan di ketahui siswa pada ahir jangka waktu pengajaran. Lajimnya, tujuan pengajaran dinyatakan dengan cara tertentu yang menjelaskan bagaimana tujuan itu akan di ukur (lihat majer, 1975).
Beberapa contoh sasaran pengajaran dalah sebagai berikut:
-          Dengan diberi seratus soal pembagian (seperti 27 dibagi 3), siswa akan memberikan jawaban yang benar untuk keseratus soal tersebut dalam 3 menit.
-          Kalau ditanya, siswa akan menyebutkan setidaknya 5 fungsi yang menjadi ciri khas semua orgganisme hidup (pernapasan, reproduksi, dan lain-lain)
-          Dalam suatu esay, siswa akan mampu membandingkan dan membadakan gaya seni van Gogh dan Gauguin.
-          Dengan di beri pernyataan” diputuskan: amerika serikat seharusnya tidak memasuki perang dunia satu, “ siswa akan ssanggup memberikan argumen yang meyakinkan untuk mendukung atau menentang pandangan tersebut.
Perhatikan bahwa, walaupun tujuan ini sangat berbeda-beda menurut jenis pembelajaran yang di libatkan dan tingkat kinerja yang di tuju, semuanya mempunyai beberapa persamaan.majer (1975), yang penelitiannya mengawali gerakan tujuan perilaku, menguraikan menguraikan tujuan sebagai sesuatu yang mempunya 3 bagian: kinerja, kondisi, dan kriteria.





Bagian – bagian tujuan pernyataan prilaku

Kinerja
kondisi
Kriteria
Definisi
Tujuan selalu mengatakan apa yang diharapkan untuk di lakukan pelajar.
Tujuan selalu menguraikan kondisi dimana kinerja tersebut akan terjadi.
Kalau memungkinkan, tujuan menguraikan kriteria kinerja yang dapat di terima.
Pertanyaan yang dijawab
Apa yang seharusnya sanggup dilakukan pelajar?
Dalam kondisiapa saja anda menginginkn pelajar sanggup melakukannya?
Seberapa baik hal itu harus dilakukan
Contoh
Menggunakn dengan benar kata sifat dan kata keterangan.
Dengan di beri 10 kalimat dengan kata sifat atau kata terangan yang hilang...
...siswa akan memilih kata sifat atau kata keterangan dengan tepat setidaknya dalam 9 dari 10 kalimat.

1.        Merencanakan tujuan pelajaran
a.       Menuliskan tujuan spesifik
b.      Menuliskan tujuan yang jelas
c.       Kata-kata yang terbuka bagi banyak penafsiran
d.      Kata-kata yang terbuka bagi lebih sedikit penafsiran
e.       Melakukukan analisis tugas
1.      Identifikasilah kemampuan prasyarat
2.      Identifikasilah kemampuan komponen
3.      Rencanakanlah bagaimana kemampuan komponen akan di gabungkan menjadi kemampuan akhir
f.       Perencanaan mundur
g.      Rencana pelajaran dan penilaian pelajaran

2.      Menghubungkan Tujuan Dan Penilaian
karena tujuan pengajaran di nyatakan menurut cara pengukurannya, jelaslah bahwa tujuan terkait deret dengan penilaian. Penilaian adalah setiap ukuran sejauh mana siswa telah mempelajari tujuan yang di tetapkan bagi mereka kebanyakan penilaian di sekolah adalah ujian atau ulangan singkat, atau penilaian lisan tidak resmi seperti pertanyaan di kelas. Namun, siswa dapat juga memperhatikan pembelajaran mereka dengan menulis esay, melukis, melakukan penyetelan mobil, atau memanggang kue nanas dengan terbalik.
Salah satu perinsip penting penilaian ialah bahwa penilaian dan tujuan harus di hubungkan dengan jelas. Siswa mempelajari suatu bagian dari apa yang harus di ajarkan kepada mereka. Makin besar tumpang tindih antara apa yang di ajarkan dan apa yang di uji, siswa akan memperoleh nilai yang lebih tinggi dalam ujian dan akan makin tepat setiap kebutuhan akan pengajartran tambahan dapat di tentukan (carr dan haris harris, 2001; marzono, pickering dan pollock, 2001). Pengajaran seharusnya erat di hubungkn dengan tujuan pengajaran, dan keduanya seharusnya dikaitkan dengan penilaian secara jelas. Kalau suatu tujuan pantas di ajarkan, hal itu juga pantas di uji, dan sebaliknya.

Tujuan pengajaran
a.       Kemampuan mengurangi bilangan 3 digit dengan penamaan kembali satu atau dua kali
b.      Memahami penggunaan bahasa untuk menentukan suasana hati dalam” the raven” yang di tulis oleh edgar allan poe
c.       Kemampuan mengidentifikasi rumus kimia untuk zat umum



3.        Menggunakan Tapsonomi Tujuan Pengajaran
a.         Pengetahuan (mengingat informasi)
b.        Pemahaman (menerjemahkan, menafsirkan, atau meramalkan informasi)
c.         Penerapan (menggunakan prinsip-prinsip atau abstraksi untuk menyelesaikan masalah yang baru atau persoalan kehidupan nyata)
d.        Analisis (mengurai informasi atau gagasan yang rumit menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana untuk memahami bagaimana bagian-bagian tersebut berkaitan atau di organisasikan)
e.         Sintasis (penciptaan sesuatu yang tidak ada sebelumnya)
f.         Evaluasi (menilai sesuatu terhadap setandar tertentu)
1.      Menggunakan matriks isi perilaku
2.      Tujuan afeksi

4.        Riset Tentang Tujuan Pengajaran
Tiga alasan utama diberikan untuk menuliskan tujuan pengajaran. Salah satu ialah bahwa latihan ini membantu mengorganisasikan perencanaan guru.

contoh Sasaran dalam Matrixs isi perilku
Jenis tujuan
Contoh 1:
Luas Lingkaran
Contoh 2:
Gagasan Utam Cerita
Contoh 3:
Penjajahan afrika
pengetahuan
Berikan rumus luas lingkaran
Tentukan gagasan utama
Buatlah urutan peristiwa yang memperlihatkan bagaimana bangsa Eropa membagi afrika menjadi daerah-daerah jajahan.
pemahaman

Berikan contoh cara mencari gagasan utama suatu cerita.
Tafsirkanlah peta afrika yang memperlihatkan penjajahannya oleh bangsa Eropa 
penerapan
Terapkan rumus luas lingkaran tersebut pada masalah kehidupan nyata


Analisis

Identifikasi gagasan utama suatu cerita.
Carilah perbedaan sasaran dan metode yang di gunakan dalam menjajah Afrika oleh bangsa-bangsa Eropa yang berbeda.
Sintesis
Gunakan pengetahuan tentang luas lingkaran dan volume kubus untuk memperoleh rumus volume silinder.
Tuliskan cerita baru berdasarkan gagasan utama bacaan cerita tersebut.
Tuliskan esay tentang penjajahan Eropa terhadap afrika dari sudut pandang kepala suku Bantu.
evaluasi

Evaluasi cerita tersebut.


5.        Mengapa Evaluasi Itu Penting ?
Evaluasi atau penilaian merujuk pada semua sarana yang di gunakan di sekolah untuk secara resmi mengukur kinerja siswa (mcmillan,2004;popham, 2005). Sarana ini meliputi ulangan singkat dan ujian, Evaluasi tertulis, dan nilai.evaluasi siswa biasanya di pokuskan pada pencapaian akademis, tetapi banyak sekolah juga menilai perilaku dan sikap. Banyak sekolah dasar memberikan gambaran perilaku siswa (seperti” mengikuti petunjuk,” “mendengarkan dengan penuh perhatian,“ ‘bekerja sama dengan sama dengan siswa lain,” “menggunakan waktu dengan bijaksana “). Dikelas atas sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah menengah atas, kelajiman laporan perilaku berkurang secara berturut-turut, tetapi malah banyak sekolah menengah atas menilai siswa berdasarkan keriteria seperti” bekerja sesuai dengan kemampuan” “menyiapkan diri,”dan “bertanggung  jawab.”

Evaluasi siswa mempunyai enam tujuan utama (lihat gronlund, 2003);
1.      Umpan balik bagi siswa
2.      Umpan balik bagi guru
3.      Informasi bagi orang tua
4.      Informasi untuk pemilihan dan pemberian sertifikat
5.      Informasi untuk akuntabilitas
6.      Insentif guna meningkatkan upaya siswa

B.       Bagaimana Pembelajaran Siswa Di Evaluasi?
Sterategi informasi harus sesuai untuk penggunaan yang dilakukan terhadapnya (McMillan, 2004; Trice , 2000).
Untuk memahami bagaimana  penilaian dapat di gunakan dengan paling efektif dalam pengajaran di ruang  kelas penting diketahui perbedaan antara evaluasi formatif dan sumatif dan antara penapsiran acuan norma dan acuan keriteria.

1.      Evaluasi Formatif Dan Sumatif
Perbedaan antara evaluasi formatif dan sumatif di jelaskan dalam pembahasan tentang pembelajaran penguasaan, tetapi pembedaan ini juga berlaku untukj berbagai jenis masalah evaluasi yang lebih luas. Pada dasarnya, evaluasi formatif bertanya, “seberapa baik anda berkinerja saat ini dan bagaimana cara anda berkinerja lebih baik?” evaluasi sumatif bertanya, “ seberapa baik anda berkinerja pada masa lalu?” ujian formatif atau diagnostik diberikan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan pembelajaran dan untuk melakukan perbaikan di tengah mata pelajaran tentang kecepatan dan isi pengajaran.evaluasi formatif bahkan dapat dilakukan” secara mendadak’ selama pengajaran melalui pemeriksaan pemelajaran lisan atau tertulis dan singkat.
Evaluasi formatif bermanfaat sejauh hal itu memberikn informasi, terkait erat dengan kurikulum yang sedang di ajarkan, tepat waktu, dan sering di laksanakan.

2.      Evaluasi Acuan Normal Dan Evaluasi Acuan Kriteria
Penafsiran untuk memberikan tingkatan nilai menyangkut kinerja siswa menjadi langkah penting dalam evaluasi. Perbedaan antara acuan norma dan acuan kriteria mengacu pada bagaimana nilai siswa di tapsirkan
Penapsiran acuan norma (norm-referencing interpretation) terpokus pada perbandingan nilai siswa dengan nilai siswa lain.
Penapsinaran acuan kriteria (criterion-referencing interpretation) terpokus pada penilaian penguasaan siswa atas kemampuan spesikpik, tanpa peduli bagaimana kinerja siswa-siswa lain dalam kemampuan yang sama.

Ciri
Ujian acuan norma
Ujian acuan kriteria
Kegunaan utama
Pengujian surprais
Pengujian penguasaan
Penekanan utama
Pengukur perbedaan individu dalam pencapaian
Menguraikan tugas yang dapat dilakukan siswa
Penapsiran hasil
Membandingkan kinerja dengan kinerja orang-orang lain
Membsndingkan kinerja dengan bidang pencapaian yang telah di tentukan dengan jelas
Pembahasan isi
Biasanya mencakup bidang pencapaian yang luas
Biasanya terpokus pada beberapa tugas pembelajaran yang terbatas
Hakikat rencana ujian
Tabel spesipikasi lajimya di gunakan
Spesikasi bidang yang rinci lebih di sukai
Perosedur pemilihan soal
Soal dipilih untuk memberikan perbedaan maksimum di kalangan orang-orang untuk memperoleh perbedaan nilai yang tinggi soal yang mudah biasanya di hilanglan dari ujian
Mencakup semua soal yang di perlukan untuk menggambarkan kinerja-kinerja secara memadai; tidak satupun upaya dilakukan untuk mengubah kesulitan soal atau menghilangkan soal-soal yang mudah guna meningkat perbedaan nilai
Standar kinerja
Tingkat kinerja di tentukan kedudukan relatif dalam suatu kelompok yang sering di kenal (misalnya, peringkat siswa di terima dalam satu kelompok yang terdiri atas 20 orang)
Tingkat kinerja biasanya ditentukan oleh standari mutlak (misalnya, siawa memperlihatkan penguasaan dengan mengartikan sembilan puluh persen istilah-istilah teknik


3.      Mencocokkan Strategi Evaluasi Dengan Sasaran
Dengan mempertimbangkan semua faktor yang membahas hingga saat ini, apa strategi terbaik untuk mengepaluasi siswa?
Jawaban pertama ialah bahwa tidak ada satu strategi terbaik (popahm, 2005). Sarana terbaik untuk mencapai setiap tujuan evaluasi mungkin tidak sesuai untuk saranan-saranan lainnya. Karena itu, guru harus memiliki jenis evaluasi yang berbeda untuk tujuan yang berbeda.

a.    Evaluasi untuk insentif dan umpan balik.
Nilai teradisional sering tidak memadai sebagai insentik untuk mendorong siswa memberikan upaya bagi mereka dan sebagai umpan balik bagi guru dan siswa.
Alasan lain mengapa nilai mulai ideal sebagai insentik ialah karena biasanya nilai tersebut didasarkan pada standar konperatif.

b.    Evaluasi untuk perbandingan untuk siswa lain
Ada saatnya guru perlu mengetahui dan menyampaikan seberapa baik kinerja siswa kalau dibandingkan dengan siswa-siswa lain.
Evaluasi komperatif secara tradisyonal di sediakan melalui nilai dan ujian yang terstandarisasi. Berbeda dari evaluasi insentik atau umpan balik, evaluasi komperatif tidak perlu sering di laksanakan untuk adil, evaluasi komperatif dan penilaian sumatif lain terhadap kinerja siswa harus dengan teguh di dasarkan pada tujuan yang di tetapkan pada awal mata pelajaran dan juga harus selaras dengan epaluasi insentif atau umpan balik formatif dalam formatnya.

C.      Bagaimana Ujian Disusun?
Begitu anda mengetahui bidang-bidang konsep dinilai dalam suatu ujian pembelajaran siswa, kinilah saatnya menuliskan soalsoal ujian. Mulai dari 5 hinggaa 15 persen dari semua waktu pengajaeran digunakan dalam ujian tertulis (dorr-Bremme dan herman, 1986 ; haertel,1986). Karen itu , penulisan ujian pencapaian yang baik menjadi kemampuan yang sangat penting bagi pembelajarn yang evektif. Bagian ini menyajikan beberapa perinsif dasr pengujian pencapaian sarana yang peraktis bagi penyusunan ujian.

1.      Prinsip-Prinsip Ujian Pencapaian
a.    Ujian pencapaian seharusnya mengukur tujuan pembelajaran yang lebih di definisikan dengan jelas yang selaras dengan tujuan pengajaran
b.    Ujian pembelajaran seharusnya mengukur sampel yang mewakili tugas pembelajaran yang di sertakan dalam pengajaran tersebut.
c.    Ujian pencapaian seharusnya meliputi jenis soal ujian yang paling tepat untuk mengukur hasil pembelajaran yang di inginkan.
d.   Ujian pencapaian seharusnya cocok dengan penggunaan tertentu yang akan menjelaskan hasil-hasilnya.
e.    Ujian pencapaian seharusnya sedapat mungkin dapat di percaya dan seharusnya dapat di tapsirkan dengan hati-hati
f.     Ujian pencapaian seharusnya meningkatkan pembelajaran

2.        Menggunakan Tabel Spesipikasi
Ujian pencapaian seharusnya mengukur tujuan yang telah di tertapkan dengan baik. Langkah pertma dalam peroses penyusunan ujin ialah memutuskan bidang-bidang konsep mana saja yang akan di ukur dan berapa banyak soal akan di alokasikan untuk masing-masing konsep.

3.        Menulis Soal Jawaban Pilihan
Soal-soal ujian yang dapat dinilai benar atau salahnya tanpa memerlukan informasi di sebut soal-soal jawaban pilihan (selected responce items). Soal-soal pilihan ganda, benar salah, dan menjodohkan adalah bentuk yang paling umum.

4.        Menulis Soal Ujian Jawaban Gagasan
Soal-soal jawaban gagasan mengharuskan siswa memberikan bukannya memilih jawaban. Soal tersebut juga biasanya memerlukan sedikit banyak pertimbangan dalam memberikan nilai.

5.        Menuliskan Dan Menilai Ujian Esai
Pertanyaan esay pendek memungkinkan siswa menjawab dengan kata_kata mereka sendiri. Bentuk soal esay pendek ( short essay item) yang paling umum meliputi pertanyaan untuk di jawab siswa. Jawabannya dapat berkisam dari satu atau dua kalimat hingga satu halaman yang terdiri atas, katakanlah seratus hingga seratus lima puluh kata. Soal esay panjang (long essay item) memerlukan kalimat yang lebih panjang dan waktu yang lebih banyak yang memungkinkan kesempatan yang lebih besar bagi siswa untuk menunjukkan pengorganisasian dan pengembangan gagasan. Walaupun berbeda panjangnya, metode-metode yang tersedia untuk menulis dan memberi nilai padanya tetap mirip.


6.        Menuliskan Dan Menilai Soal Penyelesaian Masalah
Dalam banyak mata pelajaran, seperti matematika dan ilmu pengetahuan alam dan sosial, tujuan pengajaran meliputi pengembangan kemampuan dalam menyelesaikan soal, sehingga penting menilai kinerja siswa dalam menyelesaikan soal-soal (haladyna, 1997). Penilaian penyelesaian soal (probleam solving assessmont) mengharuskan siswa mengorganisasikan, memilih, dan menerapkan prosedur rumit yang mempunyai setidaknya beberapa langkah atau komponen penting.

D.      Apa Yang Di Maksud Dengan Penilaian Otentik, Portofolio, Dan Kinerja?
Setelah banyak kritik terhadap ujian yang terstntarisasi (misalnya Rothberg, 2001; Shepard, 2000; Thompson, 2001), para keritikus telah mengembangkan dan mengimplementasikan sistem penilaian alternatif yang di rancang untuk menghindari masalah-masalah ujian pilihan ganda yang biasa. Gagasan utama di balik altelnatif ujian tersebut ialah bahwa siswa seharusnya diminta membuktikan pembelajaran merekadan menunjukkan bahwa mereka benar-benar mengerjakan sesuatu yang nyata dengan informasi dan kemampuan yang telah mereka pelajari di sekolah (campbell, 2000; Carey , 2001; Marzano, Pickring dan Pollock, 2001). Misalnya, siswa dapat di minta menyimpan portofolio, merancang metode mengukur kecepatan angin, menggambar model segala mobil balap, atau menuliskan sesuatu untuk pemirsa yang sesungguhnya.

1.        Penilaian Otentik
Hakikat penilaian pendidikan menurut konsep authentic assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberikan gambaran tentang perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar untuk mengetahui proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Apabila data yang dikumpulkan guru mengindikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, guru segara bisa mengambil tindakan yang tepat. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, asesmen tidak hanya dilakukan di akhir periode (semester) pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar (UAN) tetapi dilakukan bersama dan secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran.
Penilaian otentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks “dunia nyata”, yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan. Dengan kata lain, assesmen otentik memonitor dan mengukur kemampuan siswa dalam bermacam-macam kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapi dalam situasi atau konteks dunia nyata. Dalam suatu proses pembelajaran, penilaian otentik mengukur, memonitor dan menilai semua aspek hasil belajar (yang tercakup dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor), baik yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran, maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas, dan Perolehan belajar selama proses pembelajaran. Proses penilaian otentik mengungkapkan kinerja siswa yang mencerminkan bagaimana peserta didik belajar, capaian hasil, motivasi, dan sikap yang terkait dengan aktivitas pembelajaran. Penilaian ini memerlukan waktu yang lebih lama ketika mengumpulkan informasi tetapi dapat mengungkap kompetensi peserta didik yang sebenarnya. Hal ini berbeda dengan penilaian tradisional yang dapat dilakukan dalam waktu singkat, cakupan pertanyaan yang luas, dan derajad validitas dan reliabilitas lebih tinggi. O’malley dan Pierce (1996:4) mengatakan bahwa penilaian otentik adalah bentuk penilaian yang menunjukkan pembelajaran siswa yang berupa pencapaian, motivasi, dan sikap-yang relevan dalam aktivitas kelas. Contoh penilaian otentik termasuk di dalamnya penilaian perfomansi (performance assessment), portofolio (portfolios), dan penilaian diri-sendiri (student self-assessment).
a.         Penilaian Performansi (Performance Assessment)
Penilaian ini merupakan bentuk penilaian yang membangun respon siswa, misalnya dalam hal berbicara atau menulis. Respon siswa dapat diperoleh guru dengan melakukan observasi selama pembelajaran di kelas. Penilaian ini meminta siswa untuk menyelesaikan tugas yang komplek dalam konteks pengetahuan, pembelajaran terkini, dan keahlian yang relevan untuk menemukan solusi dari suatu permasalahan. Siswa dapat menggunakan bahan-bahan atau menunjukkan hasil aktifitas tangan dalam mengatasi masalah, contoh: laporan berbicara, menulis, proyek individu maupun grup, pameran, dan demonstrasi.
Karakteristik penilaian perfomansi (diadaptasi dari Aschbacher:1991; Herman, Aschbacher, dan Winters: 1992 dalam O’malley dan Pierce,1996:5) seperti di bawah ini.
1.      Respon yang dibangun: siswa membangun respon, mengembangkan respon, meminta bentuk performansi/tampilan atau menciptakan produk.
2.      Pemikiran tingkat tinggi: siswa menggunakan pikiran tingkat tinggi untuk membangun respon ketika membuka dan mengakhiri pertanyaan.
3.      Keotentikan: tugas itu penuh makna, menantang, meminta aktivitas siswa bahwa atau konteks dunia nyata lain dimana siswa akan menunjukkannya.
4.      Terpadu: tugas merupakan penyatuan dari kemampuan berbahasa.
5.      Proses dan produk: prosedur dan strategi untuk memperoleh respon yang benar atau untuk mencari solusi atas tugas yang kompleks.
6.      Kedalaman vs keluasan: penilaian perfomansi menyediakan informasi yang mendalam mengenai kemampuan siswa yang merupakan kebalikan dari tes pilihan ganda yang cakupannya luas tetapi tidak mendalam.
b.      Penilaian perfomansi biasanya meminta guru memutuskan respon yang ditunjukkan siswa. Untuk membantu guru membuat keputusan yang akurat dan reliabel, penyekoran merujuk pada penggunaan rubrik yang nilai numeriknya merupakan kumpulan tingkatan perfomansi, misalnya 1: dasar, 2: pandai, dan 3: mahir. Kriteria masing-masing tingkatan harus ditetapkan tepat sesuai dengan kemampuan yang akan didemonstrasikan siswa. Salah satu karakteristik penilaian perfomansi adalah kriteria dibuat umum dan diketahui dalam tingkatannya. Oleh karena itu, siswa dapat berpartisipasi dalam penempatan dan penggunaan kriteria penilaian diri terhadap penampilannya sendiri.
c.       Portofolio (Portfolios)
Bentuk ini merupakan sistem pengumpulan hasil kerja siswa yang dianalisis untuk menunjukkan kemajuan belajar siswa dalam jangka waktu tertentu. Contoh penilaian portofolio, misalnya: menulis, membaca buku harian, menggambar, audio atau video, dan atau komentar guru dan siswa tentang kemajuan yang telah dicapai siswa.
d.      Penilaian Diri-Sendiri (Student Self-Assessment)
Penilaian ini merupakan kunci dalam penilaian otentik dan dalam pengaturan pembelajaran diri, “motivasi dan strategi untuk menyelesaikan permasalahan dengan tujuan spesifik”. Penilaian diri-sendiri digunakan untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran yang di dalamnya merupakan integrasi dari kemampuan kognitif, motivasi, dan sikap terhadap pembelajaran. Dalam pengaturan diri pembelajar, murid membuat pilihan, memilih aktivitas pembelajaran, dan merencanakan bagaimana mereka menggunakan waktu dan sumber. Mereka memiliki kebebasan untuk memilih aktivitas yang menantang, mengambil resiko, meningkatkan kemahiran pembelajaran, dan mencapi tujuan yang telah direncanakan. Pada penilaian ini siswa memiliki kontrol pembelajarannya sendiri sehingga mereka dapat memutuskan untuk menggunakan sumber yang tersedia di dalam atau di luar kelas. Siswa dapat mengatur pembelajarannya sendiri dan bekerja sama dengan murid lain dalam bertukar ide, saling membantu, dan saling mendukung dengan sesama teman sebaya. Ketika siswa belajar, mereka membangun makna, meninjau kembali pemahamannya, dan berbagi makna dengan teman yang lain. Siswa dapat menemukan makna dan pemahaman baru sehingga mereka dapat memonitor pengaturan diri demi kemajuan pembelajaran. Penilaian diri dan pengaturan diri adalah inti pembelajaran dan menjadi bagian dari pembelajaran. Penggunaan penilaian otentik secara tidak langsung akan merubah bahan-bahan pembelajaran. Sebagai contoh, kita tidak dapat menggunakan portofolio tanpa merubah filosofi pengajaran dan pusat pembelajarannya (pusatnya siswa).

e.         Penilaian Portofolio
Salah satu bentuk Populer penilaian alternatif di sebut penilaian portofolio (portofolio assessment) pengumpulan dan pengepaluasian sampel pekerjaan siswa dalam kurun waktu yang panjang (carey, 2001:Mcmillan, 2004; Rollheiser, Bower & stevahn, 2000). Guru dapat mengumpulkan karangan, proyek, dan bukti siswa yang lebih tinggi dan menggunakan bukti untuk mengevaluasi kemajuan siswa dari waktu ke waktu misalnya banyak guru meminta siswa menyimpan portofolio tulisan mereka yang memperlihatkan penyusunan suatu karangan dari draft pertama hingga hasil akhir catatan harian, resensi buku, karya seni cetakan komputer, atau kertas ujian yang  memperlihatkan perkembangan penyelesaian soal (artter, 1991: shakclee, barvour Ammbrose & Hansford, 1997, wolf et al., 1991).

1.        Penilaian Kerja
Ujian yang melibatkan peragaan pengetahuan atau kemampuan yang sesungguhnya kedalam kehidupan nyata di sebut penilain kinerja (perfomance assessment) Foster & Noyce, 2004; McMillan, 2004; Popham, 2005; Trince, 2000). Misalnya siswa kels 9 dapat di minta melakukan peroyek secara lisan, dengan membaca tentang peristiwa penting baru-baru ini dan kemudian mewawancarai orang-orang yang terlibat. Kualitas sejarah lisan, yang di lakukan dalam kurun waktu dalam beberapa minggu, akan menunjukkan tingkat penguasan siswa tentang konsep-konsep ilmu sosial yang terlibat. Wiggns(1993 b) juga menguraikan penilaian yang di gunakan selam sekolah 2 minggu terahir dimana siswa harus menerapkan segala sesuatu yng telah merek pelajari sepanjang tahun untuk mewnghasilkan lumpur yang merupakan campuran berbagi zat padat dan zat cair. Beberaopa sekolh mengharuskan”peragaan” yang rinci, seperti peroyek yang di kembangkan selama berbulan-bulan, seperti peragaan kompotensi (Sils-briegel,fisk dan dunlop,1996). Penilaian kinerja yang lebih terbatas waktunya dapat meminta siswa melakukan eksperimen, menjawab teks yang panjang, menulis berbagai aliran, atau menyelesaikan soal matematika yang realistis ( egelamd,1996),

Contoh penilaian kinerja adalah tesis doktoral, peroyek pnjang yang di perlukan bagi calon doktor yang di maksud untuk memperlihatkan bukan hanya yang di ketahui mahasiswa, tetapi juga apa yang dapat mereka lakukan (archibald dan newmann, 1988). Ujian mengemudi, ujian untuk memperoleh izin pilot, dan ujian kinerja dalam kedokteran juga merupakan contoh umum penilaian kinerja (swanson, norman dan llin, 1995).



2.        Menentukan Keriteria Pemberian Nilai
Ada banyak keriteria pemberian nilai, tetapi tanpa melihat tingkat sekolah yang menjadi tempat guru mengajar, pada umumnya mereka sepakat dengan perlunya menjelskan makna nilai yang mereka berikan (gusky dan bailey, 2001; marjano, 2000). Nilai seharusnya menyampaikan setidaknya niai relatif pekerjaan siswa dalam mengerjakan suatu mata pelajaran. Nilai seharusnya juga membantu siswa memahami dengan lebih baik apa yang di harapkan dari mereka dan bagai mana mereka dan bagai mana mereka dapat mengalami peningkatan.

3.        Memeberikan Nilai Huruf 
semua distrik sekolah mempunyai kebijakan atau praktik bersama untuk memberikan nilai kartu laporan. Kebanyakan menggunakan nilia huruf A-B-C-D-F atau A-B-C-D-E, tetapi banyak (khususnya pada tingkat sekolah dasar) menggunakan berbagai fersi luar biasa – memuaskan – tidak memuaskan (marzano. 2000). Beberapa hanya melaporkan nilai pesentase.

4.        Penilaian Kerja
Salah satu keterbatasan terpenting nilai tradisional ialah bahwa, walaupun hal itu memberikan indikasi tentang bagaimana kinerja siswa tampil kalau dibandingkan siswa lain, nilai tersebut tidak memberikan informasi tentang apa yang diketahui dan dapat dilakukan siswa.

5.        Sistem Penilaian Alternatif  Lain
Beberapa pendekatan lain terhadap pemberian nilai digunakan bersama pendekatan – pendekatan pengajaran alternatif dalam ”penilaian kontrak”, siswa menegosisasikan jumlah pekerjaan atau tingkat kinerja tertentu yang mereka cpaai untuk memperoleh nilai tertentyu.misalnya, siswa dapat sepakat untuk menyelesaikan  5 laporan buku denagn panjang tertentu dalam kurun waktu penilaian untuk memperoleh A.



6.        Pemberian Nilai Kartu Laporan
Kebanyakan sekolah memberikan kartu laporan empat atau enam kali pertahun, yang setiap enam atau sembilan minggu. Nilai kartu laporan paling sering berasal dari faktor-faktor, berikut (guskey dan bailey, 2001;marzon,2000)
a.       Nilai ulangan singkat atau ujian
b.      Nilai makalah dan peroyek
c.       Nilai pekerjaan rumah
d.      Nilai tugs kelas
e.       Partisipasi kelas
f.       Kelakuan
g.      Upaya
Semua di tuliskan dalam urutan mulai dari ukuran pencapaian yang paling resmi yang dapat di percaya hingga yang kurang sah sebagai indikator-indikator pembelajaran.



BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Begitu anda mengetahui bidang-bidang konsep dinilai dalam suatu ujian pembelajaran siswa, kinilah saatnya menuliskan soalsoal ujian. Mulai dari 5 hinggaa 15 persen dari semua waktu pengajaeran digunakan dalam ujian tertulis (dorr-Bremme dan herman, 1986 ; haertel,1986). Karen itu , penulisan ujian pencapaian yang baik menjadi kemampuan yang sangat penting bagi pembelajarn yang evektif. Bagian ini menyajikan beberapa perinsif dasr pengujian pencapaian sarana yang peraktis bagi penyusunan ujian.
Evaluasi atau penilaian merujuk pada semua sarana yang di gunakan di sekolah untuk secara resmi mengukur kinerja siswa (mcmillan,2004;popham, 2005). Sarana ini meliputi ulangan singkat dan ujian, Evaluasi tertulis, dan nilai.evaluasi siswa biasanya di pokuskan pada pencapaian akademis, tetapi banyak sekolah juga menilai perilaku dan sikap. Banyak sekolah dasar memberikan gambaran perilaku siswa (seperti” mengikuti petunjuk,” “mendengarkan dengan penuh perhatian,“ ‘bekerja sama dengan sama dengan siswa lain,” “menggunakan waktu dengan bijaksana “). Dikelas atas sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah menengah atas, kelajiman laporan perilaku berkurang secara berturut-turut, tetapi malah banyak sekolah menengah atas menilai siswa berdasarkan keriteria seperti” bekerja sesuai dengan kemampuan” “menyiapkan diri,”dan “bertanggung  jawab.”


DAFTAR PUSTAKA

Slavin, Robert E. 2013. Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktik Jilid 2. Jakarta : Indeks Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar