BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Menetapkan tujuan pada
awal pembelajaran adalah langkah mendasar dalam memberikan kerangka dan
masing-masing pembelajaran akan masuk kesana dengan tepat. Tanpa kerangka kerja
semacam itu, kita akan mudah melenceng dari jalur menghabiskan terlalu banyak
waktu untuk topik yang tidak penting bagi pelajaran tersebut. Seorang guru
biologi sekolah menengah atas menghabiskan kebanyakan tahun itu dengan
mengajarkan biokimia; siswany mengetahui segala hal tentang susunan kimia dma,
sel darah merah, keloropil, dn zat tepung tetapi hanya sedikit tentang zologi,
botani, anatomi, atau topik lain yang biasanya penting untuk biologi sekolah
menengah atas. Kemudian, pada ahir mei guru tersebut kalang-kabut karena dia
menyadari bahwa kelas itu harus melakukan serangkaian latihan laboratorium
sebelum ahir tahun. Dalam beberapa hari berturut-turut, mereka membedah katak,
mata, otak dan janin binatang . tidak perlu di katakan lagi, siswa tersebut
hanya mempelajari sedikit dari laboratorium yang tergesa-gesa itu dan sedikit
tentang biologi pada umumnya. Guru ini tidak mempunyai rencana induk tetapi
memutuskan minggu perminggu (atau barangkali hari perhari) apa yang akan di
ajarkan, dengan demikian, tidak melihat gambaran besarnya lingkup pengetahuamn
yang pada umumnya di sepakati pentinga bagi siswa sekolah menengah umum untuk
di pelajari dalam mata pelajaran biologi. Hanya sedikit guru mengikuti
perencana dengan masih sangat membantu (Clar dan Peterson, 1996).
Tujuan pengajaran (instructional), yang
kadang-kadang disebut tujuan perilaku (behavioral objective) adalah pernyataan
tentang kemampuan atau konsep yang di harapkan akan di ketahui siswa pada ahir
jangka waktu pengajaran. Lajimnya, tujuan pengajaran dinyatakan dengan cara
tertentu yang menjelaskan ketat begitu mereka menyusunnya, tetapi peroses
penyusunnnya tersebut
bagaimana tujuan itu akan di ukur (lihat
majer, 1975).
B. Rumusan Masalah
1.
Apa Yang Dimaksud Dengan Tujuan
Pengajaran Dan Bagaimana Penggunaannya?
2.
Bagaimana Pembelajaran Siswa Di Evaluasi
3.
Bagaimana Ujian Disusun?
4.
Apa Yang Di Maksud Dengan Penilaian
Otentik, Portofolio, Dan Kinerja?
C.
Tujuan
Pembahasan
1.
Agar dapat memahami Apa Yang Dimaksud
Dengan Tujuan Pengajaran Dan Bagaimana Penggunaannya
2.
Agar dapat mengerti Bagaimana Pembelajaran Siswa Di Evaluasi
3.
Agar dapat mengetahui Bagaimana Ujian
Disusun?
4.
Agar dapat memahami Apa Yang Di Maksud Dengan Penilaian Otentik,
Portofolio, Dan Kinerja?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Apa
Yang Dimaksud Dengan Tujuan Pengajaran Dan Bagaimana Penggunaannya?
Apa yang anda inginkan
untuk di ketahuai dan sanggup dilakukan siswa anda pada ahir pelajaran hari
ini? Apa yang seharusnya yang mereka ketahui pada ahir serangkaiyan
pembelajaran dalam mata pelajaran tertentu ? apa yang seharusnya mereka ketahui
pada ahir pelajaran tersebut? Mengetahui jawaban pertanyan-perrtnyaan ini
menjadi salah satu prasyrat terpentying pengajaran intensional dan bermutu
tinggi, guru bagaikan penunjuk jalan di hutan belantara bersama sekelompok
pemula. Kalau guru tersebut tidak mempunyai pet atau rencana untuk membawa
kelompok itu kemana mereka ingin pergi, selururuh kelompok itu pasti akan
tersesat siswa pak sullivan menikmati banyak suasana yang menyenangkan tetapi,
karena guru mereka tidak mempunyai rencana tentang bagaimana pelajarannya akan
memberi mereka konsep-konsep yang perlu terkait dengan perang sudara tersebut,
mereka tidak akan mungkin mempelajari konsep-konsep tersebut.
Menetapkan tujuan pada
awal pembelajaran adalah langkah mendasar dalam memberikan kerangka dan
masing-masing pembelajaran akan masuk kesana dengan tepat. Tanpa kerangka kerja
semcam itu, kita akan mudah melenceng dari jalur menghabiskan terlalau banyak
waktu untuk topik yang tidak penting bagi pelajaran tersebut. Seorang guru
biologi sekolah menengah atas menghabiskan kebanyakan tahun itu dengan
mengajarkan biokimia; siswany mengetahui segala hal tentang susunan kimia dma,
sel darah merah, keloropil, dn zat tepung tetapi hanya sedikit tentang zologi,
botani, anatomi, atau topik lain yang biasanya penting untuk biologi sekolah
menengah atas. Kemudian, pada ahir mei guru tersebut kalang-kabut karena dia
menyadari bahwa kelas itu harus melakukan serangkaian latihan laboratorium
sebelum ahir tahun. Dalam beberapa hari berturut-turut, mereka membedah katak,
mata, otak dan janin binatang . tidak perlu di katakan lagi, siswa tersebut
hanya mempelajari sedikit dari laboratorium yang tergesa-gesa itu dan sedikit
tentang biologi pada umumnya. Guru ini tidak mempunyai rencana induk tetapi
memutuskan minggu per minggu ( atau barangkali hari perhari) apa yang akan di
ajarkan, dengan demikian, tidak melihat gambaran besarnya lingkup pengetahuan
yang pada umumnya di sepakati penting bagi siswa sekolah menengah umum untuk di
pelajari dalam mata pelajaran biologi. Hanya sedikit guru mengikuti perencana
dengan ketat begitu mereka menyusunnya, tetapi peroses penyusunnnya tersebut
masih sangat membantu (Clar dan Peterson, 1996).
Tujuan pengajaran
(instructional), yang kadang-kadang disebut tujuan perilaku (behavioral
objective) adalah pernyataan tentang kemampuan atau konsep yang di harapkan
akan di ketahui siswa pada ahir jangka waktu pengajaran. Lajimnya, tujuan
pengajaran dinyatakan dengan cara tertentu yang menjelaskan bagaimana tujuan
itu akan di ukur (lihat majer, 1975).
Beberapa contoh sasaran pengajaran dalah
sebagai berikut:
-
Dengan diberi seratus soal pembagian
(seperti 27 dibagi 3), siswa akan memberikan jawaban yang benar untuk keseratus
soal tersebut dalam 3 menit.
-
Kalau ditanya, siswa akan menyebutkan
setidaknya 5 fungsi yang menjadi ciri khas semua orgganisme hidup (pernapasan,
reproduksi, dan lain-lain)
-
Dalam suatu esay, siswa akan mampu
membandingkan dan membadakan gaya seni van Gogh dan Gauguin.
-
Dengan di beri pernyataan” diputuskan:
amerika serikat seharusnya tidak memasuki perang dunia satu, “ siswa akan
ssanggup memberikan argumen yang meyakinkan untuk mendukung atau menentang
pandangan tersebut.
Perhatikan bahwa,
walaupun tujuan ini sangat berbeda-beda menurut jenis pembelajaran yang di
libatkan dan tingkat kinerja yang di tuju, semuanya mempunyai beberapa
persamaan.majer (1975), yang penelitiannya mengawali gerakan tujuan perilaku,
menguraikan menguraikan tujuan sebagai sesuatu yang mempunya 3 bagian: kinerja,
kondisi, dan kriteria.
Bagian – bagian tujuan pernyataan
prilaku
|
Kinerja
|
kondisi
|
Kriteria
|
Definisi
|
Tujuan selalu mengatakan apa yang
diharapkan untuk di lakukan pelajar.
|
Tujuan selalu menguraikan kondisi
dimana kinerja tersebut akan terjadi.
|
Kalau memungkinkan, tujuan menguraikan
kriteria kinerja yang dapat di terima.
|
Pertanyaan yang dijawab
|
Apa yang seharusnya sanggup dilakukan
pelajar?
|
Dalam kondisiapa saja anda menginginkn
pelajar sanggup melakukannya?
|
Seberapa baik hal itu harus dilakukan
|
Contoh
|
Menggunakn dengan benar kata sifat dan
kata keterangan.
|
Dengan di beri 10 kalimat dengan kata
sifat atau kata terangan yang hilang...
|
...siswa akan memilih kata sifat atau
kata keterangan dengan tepat setidaknya dalam 9 dari 10 kalimat.
|
1.
Merencanakan
tujuan pelajaran
a.
Menuliskan tujuan spesifik
b.
Menuliskan tujuan yang jelas
c.
Kata-kata yang terbuka bagi banyak
penafsiran
d.
Kata-kata yang terbuka bagi lebih sedikit
penafsiran
e.
Melakukukan analisis tugas
1. Identifikasilah
kemampuan prasyarat
2. Identifikasilah
kemampuan komponen
3. Rencanakanlah
bagaimana kemampuan komponen akan di gabungkan menjadi kemampuan akhir
f.
Perencanaan mundur
g.
Rencana pelajaran dan penilaian
pelajaran
2.
Menghubungkan
Tujuan Dan Penilaian
karena tujuan
pengajaran di nyatakan menurut cara pengukurannya, jelaslah bahwa tujuan
terkait deret dengan penilaian. Penilaian adalah setiap ukuran sejauh mana
siswa telah mempelajari tujuan yang di tetapkan bagi mereka kebanyakan
penilaian di sekolah adalah ujian atau ulangan singkat, atau penilaian lisan
tidak resmi seperti pertanyaan di kelas. Namun, siswa dapat juga memperhatikan
pembelajaran mereka dengan menulis esay, melukis, melakukan penyetelan mobil,
atau memanggang kue nanas dengan terbalik.
Salah satu perinsip penting penilaian
ialah bahwa penilaian dan tujuan harus di hubungkan dengan jelas. Siswa
mempelajari suatu bagian dari apa yang harus di ajarkan kepada mereka. Makin
besar tumpang tindih antara apa yang di ajarkan dan apa yang di uji, siswa akan
memperoleh nilai yang lebih tinggi dalam ujian dan akan makin tepat setiap
kebutuhan akan pengajartran tambahan dapat di tentukan (carr dan haris harris,
2001; marzono, pickering dan pollock, 2001). Pengajaran seharusnya erat di
hubungkn dengan tujuan pengajaran, dan keduanya seharusnya dikaitkan dengan
penilaian secara jelas. Kalau suatu tujuan pantas di ajarkan, hal itu juga
pantas di uji, dan sebaliknya.
Tujuan
pengajaran
a.
Kemampuan mengurangi bilangan 3 digit
dengan penamaan kembali satu atau dua kali
b.
Memahami penggunaan bahasa untuk
menentukan suasana hati dalam” the raven” yang di tulis oleh edgar allan poe
c.
Kemampuan mengidentifikasi rumus kimia
untuk zat umum
3.
Menggunakan
Tapsonomi Tujuan Pengajaran
a.
Pengetahuan (mengingat informasi)
b.
Pemahaman (menerjemahkan, menafsirkan,
atau meramalkan informasi)
c.
Penerapan (menggunakan prinsip-prinsip
atau abstraksi untuk menyelesaikan masalah yang baru atau persoalan kehidupan
nyata)
d.
Analisis (mengurai informasi atau
gagasan yang rumit menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana untuk memahami
bagaimana bagian-bagian tersebut berkaitan atau di organisasikan)
e.
Sintasis (penciptaan sesuatu yang tidak
ada sebelumnya)
f.
Evaluasi (menilai sesuatu terhadap
setandar tertentu)
1.
Menggunakan matriks isi perilaku
2.
Tujuan afeksi
4.
Riset
Tentang Tujuan Pengajaran
Tiga alasan utama diberikan untuk
menuliskan tujuan pengajaran. Salah satu ialah bahwa latihan ini membantu
mengorganisasikan perencanaan guru.
contoh Sasaran dalam Matrixs isi perilku
Jenis tujuan
|
Contoh 1:
Luas Lingkaran
|
Contoh 2:
Gagasan Utam Cerita
|
Contoh 3:
Penjajahan afrika
|
pengetahuan
|
Berikan rumus luas lingkaran
|
Tentukan gagasan utama
|
Buatlah urutan peristiwa yang
memperlihatkan bagaimana bangsa Eropa membagi afrika menjadi daerah-daerah
jajahan.
|
pemahaman
|
|
Berikan contoh cara mencari gagasan
utama suatu cerita.
|
Tafsirkanlah peta afrika yang
memperlihatkan penjajahannya oleh bangsa Eropa
|
penerapan
|
Terapkan rumus luas lingkaran tersebut
pada masalah kehidupan nyata
|
|
|
Analisis
|
|
Identifikasi gagasan utama suatu
cerita.
|
Carilah perbedaan sasaran dan metode
yang di gunakan dalam menjajah Afrika oleh bangsa-bangsa Eropa yang berbeda.
|
Sintesis
|
Gunakan pengetahuan tentang luas
lingkaran dan volume kubus untuk memperoleh rumus volume silinder.
|
Tuliskan cerita baru berdasarkan
gagasan utama bacaan cerita tersebut.
|
Tuliskan esay tentang penjajahan Eropa
terhadap afrika dari sudut pandang kepala suku Bantu.
|
evaluasi
|
|
Evaluasi cerita tersebut.
|
|
5.
Mengapa
Evaluasi Itu Penting ?
Evaluasi atau penilaian
merujuk pada semua sarana yang di gunakan di sekolah untuk secara resmi
mengukur kinerja siswa (mcmillan,2004;popham, 2005). Sarana ini meliputi
ulangan singkat dan ujian, Evaluasi tertulis, dan nilai.evaluasi siswa biasanya
di pokuskan pada pencapaian akademis, tetapi banyak sekolah juga menilai
perilaku dan sikap. Banyak sekolah dasar memberikan gambaran perilaku siswa
(seperti” mengikuti petunjuk,” “mendengarkan dengan penuh perhatian,“ ‘bekerja
sama dengan sama dengan siswa lain,” “menggunakan waktu dengan bijaksana “).
Dikelas atas sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah
menengah atas, kelajiman laporan perilaku berkurang secara berturut-turut,
tetapi malah banyak sekolah menengah atas menilai siswa berdasarkan keriteria
seperti” bekerja sesuai dengan kemampuan” “menyiapkan diri,”dan
“bertanggung jawab.”
Evaluasi siswa mempunyai enam tujuan
utama (lihat gronlund, 2003);
1.
Umpan balik bagi siswa
2.
Umpan balik bagi guru
3.
Informasi bagi orang tua
4.
Informasi untuk pemilihan dan pemberian
sertifikat
5.
Informasi untuk akuntabilitas
6.
Insentif guna meningkatkan upaya siswa
B. Bagaimana Pembelajaran Siswa Di
Evaluasi?
Sterategi informasi
harus sesuai untuk penggunaan yang dilakukan terhadapnya (McMillan, 2004; Trice
, 2000).
Untuk memahami bagaimana penilaian dapat di gunakan dengan paling
efektif dalam pengajaran di ruang kelas
penting diketahui perbedaan antara evaluasi formatif dan sumatif dan antara
penapsiran acuan norma dan acuan keriteria.
1.
Evaluasi
Formatif Dan Sumatif
Perbedaan antara
evaluasi formatif dan sumatif di jelaskan dalam pembahasan tentang pembelajaran
penguasaan, tetapi pembedaan ini juga berlaku untukj berbagai jenis masalah
evaluasi yang lebih luas. Pada dasarnya, evaluasi formatif bertanya, “seberapa
baik anda berkinerja saat ini dan bagaimana cara anda berkinerja lebih baik?”
evaluasi sumatif bertanya, “ seberapa baik anda berkinerja pada masa lalu?”
ujian formatif atau diagnostik diberikan untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan pembelajaran dan untuk melakukan perbaikan di tengah mata pelajaran
tentang kecepatan dan isi pengajaran.evaluasi formatif bahkan dapat dilakukan”
secara mendadak’ selama pengajaran melalui pemeriksaan pemelajaran lisan atau
tertulis dan singkat.
Evaluasi formatif bermanfaat sejauh hal
itu memberikn informasi, terkait erat dengan kurikulum yang sedang di ajarkan,
tepat waktu, dan sering di laksanakan.
2.
Evaluasi
Acuan Normal Dan Evaluasi Acuan Kriteria
Penafsiran untuk
memberikan tingkatan nilai menyangkut kinerja siswa menjadi langkah penting
dalam evaluasi. Perbedaan antara acuan norma dan acuan kriteria mengacu pada
bagaimana nilai siswa di tapsirkan
Penapsiran acuan norma (norm-referencing
interpretation) terpokus pada perbandingan nilai siswa dengan nilai siswa lain.
Penapsinaran acuan kriteria (criterion-referencing
interpretation) terpokus pada penilaian penguasaan siswa atas kemampuan
spesikpik, tanpa peduli bagaimana kinerja siswa-siswa lain dalam kemampuan yang
sama.
Ciri
|
Ujian acuan norma
|
Ujian acuan kriteria
|
Kegunaan utama
|
Pengujian surprais
|
Pengujian penguasaan
|
Penekanan utama
|
Pengukur perbedaan individu dalam
pencapaian
|
Menguraikan tugas yang dapat dilakukan
siswa
|
Penapsiran hasil
|
Membandingkan kinerja dengan kinerja
orang-orang lain
|
Membsndingkan kinerja dengan bidang
pencapaian yang telah di tentukan dengan jelas
|
Pembahasan isi
|
Biasanya mencakup bidang pencapaian
yang luas
|
Biasanya terpokus pada beberapa tugas
pembelajaran yang terbatas
|
Hakikat rencana ujian
|
Tabel spesipikasi lajimya di gunakan
|
Spesikasi bidang yang rinci lebih di
sukai
|
Perosedur pemilihan soal
|
Soal dipilih untuk memberikan
perbedaan maksimum di kalangan orang-orang untuk memperoleh perbedaan nilai
yang tinggi soal yang mudah biasanya di hilanglan dari ujian
|
Mencakup semua soal yang di perlukan
untuk menggambarkan kinerja-kinerja secara memadai; tidak satupun upaya
dilakukan untuk mengubah kesulitan soal atau menghilangkan soal-soal yang
mudah guna meningkat perbedaan nilai
|
Standar kinerja
|
Tingkat kinerja di tentukan kedudukan
relatif dalam suatu kelompok yang sering di kenal (misalnya, peringkat siswa
di terima dalam satu kelompok yang terdiri atas 20 orang)
|
Tingkat kinerja biasanya ditentukan
oleh standari mutlak (misalnya, siawa memperlihatkan penguasaan dengan
mengartikan sembilan puluh persen istilah-istilah teknik
|
3.
Mencocokkan
Strategi Evaluasi Dengan Sasaran
Dengan mempertimbangkan
semua faktor yang membahas hingga saat ini, apa strategi terbaik untuk
mengepaluasi siswa?
Jawaban pertama ialah bahwa tidak ada
satu strategi terbaik (popahm, 2005). Sarana terbaik untuk mencapai setiap
tujuan evaluasi mungkin tidak sesuai untuk saranan-saranan lainnya. Karena itu,
guru harus memiliki jenis evaluasi yang berbeda untuk tujuan yang berbeda.
a. Evaluasi
untuk insentif dan umpan balik.
Nilai teradisional sering tidak memadai
sebagai insentik untuk mendorong siswa memberikan upaya bagi mereka dan sebagai
umpan balik bagi guru dan siswa.
Alasan lain mengapa nilai mulai ideal
sebagai insentik ialah karena biasanya nilai tersebut didasarkan pada standar
konperatif.
b. Evaluasi
untuk perbandingan untuk siswa lain
Ada saatnya guru perlu mengetahui dan
menyampaikan seberapa baik kinerja siswa kalau dibandingkan dengan siswa-siswa
lain.
Evaluasi komperatif secara tradisyonal
di sediakan melalui nilai dan ujian yang terstandarisasi. Berbeda dari evaluasi
insentik atau umpan balik, evaluasi komperatif tidak perlu sering di laksanakan
untuk adil, evaluasi komperatif dan penilaian sumatif lain terhadap kinerja
siswa harus dengan teguh di dasarkan pada tujuan yang di tetapkan pada awal
mata pelajaran dan juga harus selaras dengan epaluasi insentif atau umpan balik
formatif dalam formatnya.
C.
Bagaimana
Ujian Disusun?
Begitu anda mengetahui bidang-bidang
konsep dinilai dalam suatu ujian pembelajaran siswa, kinilah saatnya menuliskan
soalsoal ujian. Mulai dari 5 hinggaa 15 persen dari semua waktu pengajaeran
digunakan dalam ujian tertulis (dorr-Bremme dan herman, 1986 ; haertel,1986).
Karen itu , penulisan ujian pencapaian yang baik menjadi kemampuan yang sangat
penting bagi pembelajarn yang evektif. Bagian ini menyajikan beberapa perinsif
dasr pengujian pencapaian sarana yang peraktis bagi penyusunan ujian.
1. Prinsip-Prinsip Ujian Pencapaian
a. Ujian
pencapaian seharusnya mengukur tujuan pembelajaran yang lebih di definisikan
dengan jelas yang selaras dengan tujuan pengajaran
b. Ujian
pembelajaran seharusnya mengukur sampel yang mewakili tugas pembelajaran yang
di sertakan dalam pengajaran tersebut.
c. Ujian
pencapaian seharusnya meliputi jenis soal ujian yang paling tepat untuk
mengukur hasil pembelajaran yang di inginkan.
d. Ujian
pencapaian seharusnya cocok dengan penggunaan tertentu yang akan menjelaskan
hasil-hasilnya.
e. Ujian
pencapaian seharusnya sedapat mungkin dapat di percaya dan seharusnya dapat di
tapsirkan dengan hati-hati
f. Ujian
pencapaian seharusnya meningkatkan pembelajaran
2.
Menggunakan
Tabel Spesipikasi
Ujian pencapaian seharusnya mengukur
tujuan yang telah di tertapkan dengan baik. Langkah pertma dalam peroses
penyusunan ujin ialah memutuskan bidang-bidang konsep mana saja yang akan di
ukur dan berapa banyak soal akan di alokasikan untuk masing-masing konsep.
3.
Menulis
Soal Jawaban Pilihan
Soal-soal ujian yang dapat dinilai benar
atau salahnya tanpa memerlukan informasi di sebut soal-soal jawaban pilihan
(selected responce items). Soal-soal pilihan ganda, benar salah, dan
menjodohkan adalah bentuk yang paling umum.
4.
Menulis
Soal Ujian Jawaban Gagasan
Soal-soal jawaban gagasan mengharuskan
siswa memberikan bukannya memilih jawaban. Soal tersebut juga biasanya
memerlukan sedikit banyak pertimbangan dalam memberikan nilai.
5.
Menuliskan
Dan Menilai Ujian Esai
Pertanyaan esay pendek memungkinkan
siswa menjawab dengan kata_kata mereka sendiri. Bentuk soal esay pendek ( short
essay item) yang paling umum meliputi pertanyaan untuk di jawab siswa.
Jawabannya dapat berkisam dari satu atau dua kalimat hingga satu halaman yang
terdiri atas, katakanlah seratus hingga seratus lima puluh kata. Soal esay
panjang (long essay item) memerlukan kalimat yang lebih panjang dan waktu yang
lebih banyak yang memungkinkan kesempatan yang lebih besar bagi siswa untuk
menunjukkan pengorganisasian dan pengembangan gagasan. Walaupun berbeda
panjangnya, metode-metode yang tersedia untuk menulis dan memberi nilai padanya
tetap mirip.
6.
Menuliskan
Dan Menilai Soal Penyelesaian Masalah
Dalam banyak mata pelajaran, seperti
matematika dan ilmu pengetahuan alam dan sosial, tujuan pengajaran meliputi
pengembangan kemampuan dalam menyelesaikan soal, sehingga penting menilai
kinerja siswa dalam menyelesaikan soal-soal (haladyna, 1997). Penilaian
penyelesaian soal (probleam solving assessmont) mengharuskan siswa
mengorganisasikan, memilih, dan menerapkan prosedur rumit yang mempunyai
setidaknya beberapa langkah atau komponen penting.
D.
Apa
Yang Di Maksud Dengan Penilaian Otentik, Portofolio, Dan Kinerja?
Setelah banyak kritik terhadap ujian
yang terstntarisasi (misalnya Rothberg, 2001; Shepard, 2000; Thompson, 2001),
para keritikus telah mengembangkan dan mengimplementasikan sistem penilaian
alternatif yang di rancang untuk menghindari masalah-masalah ujian pilihan
ganda yang biasa. Gagasan utama di balik altelnatif ujian tersebut ialah bahwa
siswa seharusnya diminta membuktikan pembelajaran merekadan menunjukkan bahwa
mereka benar-benar mengerjakan sesuatu yang nyata dengan informasi dan
kemampuan yang telah mereka pelajari di sekolah (campbell, 2000; Carey , 2001;
Marzano, Pickring dan Pollock, 2001). Misalnya, siswa dapat di minta menyimpan
portofolio, merancang metode mengukur kecepatan angin, menggambar model segala
mobil balap, atau menuliskan sesuatu untuk pemirsa yang sesungguhnya.
1.
Penilaian
Otentik
Hakikat penilaian
pendidikan menurut konsep authentic assesment adalah proses pengumpulan
berbagai data yang dapat memberikan gambaran tentang perkembangan belajar
siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar untuk
mengetahui proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Apabila data yang
dikumpulkan guru mengindikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar,
guru segara bisa mengambil tindakan yang tepat. Karena gambaran tentang
kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, asesmen tidak
hanya dilakukan di akhir periode (semester) pembelajaran seperti pada kegiatan
evaluasi hasil belajar (UAN) tetapi dilakukan bersama dan secara terintegrasi
(tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran.
Penilaian otentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks “dunia nyata”, yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan. Dengan kata lain, assesmen otentik memonitor dan mengukur kemampuan siswa dalam bermacam-macam kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapi dalam situasi atau konteks dunia nyata. Dalam suatu proses pembelajaran, penilaian otentik mengukur, memonitor dan menilai semua aspek hasil belajar (yang tercakup dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor), baik yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran, maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas, dan Perolehan belajar selama proses pembelajaran. Proses penilaian otentik mengungkapkan kinerja siswa yang mencerminkan bagaimana peserta didik belajar, capaian hasil, motivasi, dan sikap yang terkait dengan aktivitas pembelajaran. Penilaian ini memerlukan waktu yang lebih lama ketika mengumpulkan informasi tetapi dapat mengungkap kompetensi peserta didik yang sebenarnya. Hal ini berbeda dengan penilaian tradisional yang dapat dilakukan dalam waktu singkat, cakupan pertanyaan yang luas, dan derajad validitas dan reliabilitas lebih tinggi. O’malley dan Pierce (1996:4) mengatakan bahwa penilaian otentik adalah bentuk penilaian yang menunjukkan pembelajaran siswa yang berupa pencapaian, motivasi, dan sikap-yang relevan dalam aktivitas kelas. Contoh penilaian otentik termasuk di dalamnya penilaian perfomansi (performance assessment), portofolio (portfolios), dan penilaian diri-sendiri (student self-assessment).
Penilaian otentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks “dunia nyata”, yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan. Dengan kata lain, assesmen otentik memonitor dan mengukur kemampuan siswa dalam bermacam-macam kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapi dalam situasi atau konteks dunia nyata. Dalam suatu proses pembelajaran, penilaian otentik mengukur, memonitor dan menilai semua aspek hasil belajar (yang tercakup dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor), baik yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran, maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas, dan Perolehan belajar selama proses pembelajaran. Proses penilaian otentik mengungkapkan kinerja siswa yang mencerminkan bagaimana peserta didik belajar, capaian hasil, motivasi, dan sikap yang terkait dengan aktivitas pembelajaran. Penilaian ini memerlukan waktu yang lebih lama ketika mengumpulkan informasi tetapi dapat mengungkap kompetensi peserta didik yang sebenarnya. Hal ini berbeda dengan penilaian tradisional yang dapat dilakukan dalam waktu singkat, cakupan pertanyaan yang luas, dan derajad validitas dan reliabilitas lebih tinggi. O’malley dan Pierce (1996:4) mengatakan bahwa penilaian otentik adalah bentuk penilaian yang menunjukkan pembelajaran siswa yang berupa pencapaian, motivasi, dan sikap-yang relevan dalam aktivitas kelas. Contoh penilaian otentik termasuk di dalamnya penilaian perfomansi (performance assessment), portofolio (portfolios), dan penilaian diri-sendiri (student self-assessment).
a.
Penilaian Performansi (Performance Assessment)
Penilaian ini
merupakan bentuk penilaian yang membangun respon siswa, misalnya dalam hal
berbicara atau menulis. Respon siswa dapat diperoleh guru dengan melakukan
observasi selama pembelajaran di kelas. Penilaian ini meminta siswa untuk
menyelesaikan tugas yang komplek dalam konteks pengetahuan, pembelajaran
terkini, dan keahlian yang relevan untuk menemukan solusi dari suatu
permasalahan. Siswa dapat menggunakan bahan-bahan atau menunjukkan hasil
aktifitas tangan dalam mengatasi masalah, contoh: laporan berbicara, menulis,
proyek individu maupun grup, pameran, dan demonstrasi.
Karakteristik penilaian perfomansi (diadaptasi dari Aschbacher:1991; Herman, Aschbacher, dan Winters: 1992 dalam O’malley dan Pierce,1996:5) seperti di bawah ini.
Karakteristik penilaian perfomansi (diadaptasi dari Aschbacher:1991; Herman, Aschbacher, dan Winters: 1992 dalam O’malley dan Pierce,1996:5) seperti di bawah ini.
1.
Respon yang dibangun: siswa membangun respon,
mengembangkan respon, meminta bentuk performansi/tampilan atau menciptakan
produk.
2.
Pemikiran tingkat tinggi: siswa menggunakan pikiran
tingkat tinggi untuk membangun respon ketika membuka dan mengakhiri pertanyaan.
3.
Keotentikan: tugas itu penuh makna, menantang, meminta
aktivitas siswa bahwa atau konteks dunia nyata lain dimana siswa akan
menunjukkannya.
4.
Terpadu: tugas merupakan penyatuan dari kemampuan
berbahasa.
5.
Proses dan produk: prosedur dan strategi untuk
memperoleh respon yang benar atau untuk mencari solusi atas tugas yang
kompleks.
6.
Kedalaman vs keluasan: penilaian perfomansi menyediakan
informasi yang mendalam mengenai kemampuan siswa yang merupakan kebalikan dari
tes pilihan ganda yang cakupannya luas tetapi tidak mendalam.
b. Penilaian
perfomansi biasanya meminta guru memutuskan respon yang ditunjukkan siswa.
Untuk membantu guru membuat keputusan yang akurat dan reliabel, penyekoran
merujuk pada penggunaan rubrik yang nilai numeriknya merupakan kumpulan
tingkatan perfomansi, misalnya 1: dasar, 2: pandai, dan 3: mahir. Kriteria
masing-masing tingkatan harus ditetapkan tepat sesuai dengan kemampuan yang
akan didemonstrasikan siswa. Salah satu karakteristik penilaian perfomansi
adalah kriteria dibuat umum dan diketahui dalam tingkatannya. Oleh karena itu,
siswa dapat berpartisipasi dalam penempatan dan penggunaan kriteria penilaian
diri terhadap penampilannya sendiri.
c. Portofolio
(Portfolios)
Bentuk ini merupakan sistem
pengumpulan hasil kerja siswa yang dianalisis untuk menunjukkan kemajuan
belajar siswa dalam jangka waktu tertentu. Contoh penilaian portofolio,
misalnya: menulis, membaca buku harian, menggambar, audio atau video, dan atau
komentar guru dan siswa tentang kemajuan yang telah dicapai siswa.
d. Penilaian
Diri-Sendiri (Student Self-Assessment)
Penilaian ini merupakan kunci dalam
penilaian otentik dan dalam pengaturan pembelajaran diri, “motivasi dan
strategi untuk menyelesaikan permasalahan dengan tujuan spesifik”. Penilaian
diri-sendiri digunakan untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran
yang di dalamnya merupakan integrasi dari kemampuan kognitif, motivasi, dan
sikap terhadap pembelajaran. Dalam pengaturan diri pembelajar, murid membuat
pilihan, memilih aktivitas pembelajaran, dan merencanakan bagaimana mereka
menggunakan waktu dan sumber. Mereka memiliki kebebasan untuk memilih aktivitas
yang menantang, mengambil resiko, meningkatkan kemahiran pembelajaran, dan
mencapi tujuan yang telah direncanakan. Pada penilaian ini siswa memiliki
kontrol pembelajarannya sendiri sehingga mereka dapat memutuskan untuk
menggunakan sumber yang tersedia di dalam atau di luar kelas. Siswa dapat
mengatur pembelajarannya sendiri dan bekerja sama dengan murid lain dalam
bertukar ide, saling membantu, dan saling mendukung dengan sesama teman sebaya.
Ketika siswa belajar, mereka membangun makna, meninjau kembali pemahamannya,
dan berbagi makna dengan teman yang lain. Siswa dapat menemukan makna dan
pemahaman baru sehingga mereka dapat memonitor pengaturan diri demi kemajuan
pembelajaran. Penilaian diri dan pengaturan diri adalah inti pembelajaran dan
menjadi bagian dari pembelajaran. Penggunaan penilaian otentik secara tidak
langsung akan merubah bahan-bahan pembelajaran. Sebagai contoh, kita tidak
dapat menggunakan portofolio tanpa merubah filosofi pengajaran dan pusat
pembelajarannya (pusatnya siswa).
e.
Penilaian
Portofolio
Salah satu bentuk
Populer penilaian alternatif di sebut penilaian portofolio (portofolio
assessment) pengumpulan dan pengepaluasian sampel pekerjaan siswa dalam kurun
waktu yang panjang (carey, 2001:Mcmillan, 2004; Rollheiser, Bower &
stevahn, 2000). Guru dapat mengumpulkan karangan, proyek, dan bukti siswa yang
lebih tinggi dan menggunakan bukti untuk mengevaluasi kemajuan siswa dari waktu
ke waktu misalnya banyak guru meminta siswa menyimpan portofolio tulisan mereka
yang memperlihatkan penyusunan suatu karangan dari draft pertama hingga hasil
akhir catatan harian, resensi buku, karya seni cetakan komputer, atau kertas
ujian yang memperlihatkan perkembangan
penyelesaian soal (artter, 1991: shakclee, barvour Ammbrose & Hansford,
1997, wolf et al., 1991).
1.
Penilaian
Kerja
Ujian yang
melibatkan peragaan pengetahuan atau kemampuan yang sesungguhnya kedalam
kehidupan nyata di sebut penilain kinerja (perfomance assessment) Foster &
Noyce, 2004; McMillan, 2004; Popham, 2005; Trince, 2000). Misalnya siswa kels 9
dapat di minta melakukan peroyek secara lisan, dengan membaca tentang peristiwa
penting baru-baru ini dan kemudian mewawancarai orang-orang yang terlibat.
Kualitas sejarah lisan, yang di lakukan dalam kurun waktu dalam beberapa
minggu, akan menunjukkan tingkat penguasan siswa tentang konsep-konsep ilmu
sosial yang terlibat. Wiggns(1993 b) juga menguraikan penilaian yang di gunakan
selam sekolah 2 minggu terahir dimana siswa harus menerapkan segala sesuatu yng
telah merek pelajari sepanjang tahun untuk mewnghasilkan lumpur yang merupakan
campuran berbagi zat padat dan zat cair. Beberaopa sekolh
mengharuskan”peragaan” yang rinci, seperti peroyek yang di kembangkan selama
berbulan-bulan, seperti peragaan kompotensi (Sils-briegel,fisk dan
dunlop,1996). Penilaian kinerja yang lebih terbatas waktunya dapat meminta
siswa melakukan eksperimen, menjawab teks yang panjang, menulis berbagai
aliran, atau menyelesaikan soal matematika yang realistis ( egelamd,1996),
Contoh penilaian
kinerja adalah tesis doktoral, peroyek pnjang yang di perlukan bagi calon
doktor yang di maksud untuk memperlihatkan bukan hanya yang di ketahui
mahasiswa, tetapi juga apa yang dapat mereka lakukan (archibald dan newmann,
1988). Ujian mengemudi, ujian untuk memperoleh izin pilot, dan ujian kinerja
dalam kedokteran juga merupakan contoh umum penilaian kinerja (swanson, norman
dan llin, 1995).
2.
Menentukan
Keriteria Pemberian Nilai
Ada
banyak keriteria pemberian nilai, tetapi tanpa melihat tingkat sekolah yang
menjadi tempat guru mengajar, pada umumnya mereka sepakat dengan perlunya
menjelskan makna nilai yang mereka berikan (gusky dan bailey, 2001; marjano,
2000). Nilai seharusnya menyampaikan setidaknya niai relatif pekerjaan siswa
dalam mengerjakan suatu mata pelajaran. Nilai seharusnya juga membantu siswa
memahami dengan lebih baik apa yang di harapkan dari mereka dan bagai mana
mereka dan bagai mana mereka dapat mengalami peningkatan.
3.
Memeberikan
Nilai Huruf
semua
distrik sekolah mempunyai kebijakan atau praktik bersama untuk memberikan nilai
kartu laporan. Kebanyakan menggunakan nilia huruf A-B-C-D-F atau A-B-C-D-E,
tetapi banyak (khususnya pada tingkat sekolah dasar) menggunakan berbagai fersi
luar biasa – memuaskan – tidak memuaskan (marzano. 2000). Beberapa hanya
melaporkan nilai pesentase.
4.
Penilaian
Kerja
Salah
satu keterbatasan terpenting nilai tradisional ialah bahwa, walaupun hal itu
memberikan indikasi tentang bagaimana kinerja siswa tampil kalau dibandingkan
siswa lain, nilai tersebut tidak memberikan informasi tentang apa yang
diketahui dan dapat dilakukan siswa.
5.
Sistem
Penilaian Alternatif Lain
Beberapa
pendekatan lain terhadap pemberian nilai digunakan bersama pendekatan –
pendekatan pengajaran alternatif dalam ”penilaian kontrak”, siswa
menegosisasikan jumlah pekerjaan atau tingkat kinerja tertentu yang mereka
cpaai untuk memperoleh nilai tertentyu.misalnya, siswa dapat sepakat untuk
menyelesaikan 5 laporan buku denagn
panjang tertentu dalam kurun waktu penilaian untuk memperoleh A.
6.
Pemberian
Nilai Kartu Laporan
Kebanyakan
sekolah memberikan kartu laporan empat atau enam kali pertahun, yang setiap
enam atau sembilan minggu. Nilai kartu laporan paling sering berasal dari
faktor-faktor, berikut (guskey dan bailey, 2001;marzon,2000)
a. Nilai
ulangan singkat atau ujian
b. Nilai
makalah dan peroyek
c. Nilai
pekerjaan rumah
d. Nilai
tugs kelas
e. Partisipasi
kelas
f. Kelakuan
g. Upaya
Semua
di tuliskan dalam urutan mulai dari ukuran pencapaian yang paling resmi yang
dapat di percaya hingga yang kurang sah sebagai indikator-indikator
pembelajaran.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Begitu anda mengetahui
bidang-bidang konsep dinilai dalam suatu ujian pembelajaran siswa, kinilah
saatnya menuliskan soalsoal ujian. Mulai dari 5 hinggaa 15 persen dari semua
waktu pengajaeran digunakan dalam ujian tertulis (dorr-Bremme dan herman, 1986
; haertel,1986). Karen itu , penulisan ujian pencapaian yang baik menjadi
kemampuan yang sangat penting bagi pembelajarn yang evektif. Bagian ini
menyajikan beberapa perinsif dasr pengujian pencapaian sarana yang peraktis
bagi penyusunan ujian.
Evaluasi atau penilaian
merujuk pada semua sarana yang di gunakan di sekolah untuk secara resmi
mengukur kinerja siswa (mcmillan,2004;popham, 2005). Sarana ini meliputi
ulangan singkat dan ujian, Evaluasi tertulis, dan nilai.evaluasi siswa biasanya
di pokuskan pada pencapaian akademis, tetapi banyak sekolah juga menilai
perilaku dan sikap. Banyak sekolah dasar memberikan gambaran perilaku siswa
(seperti” mengikuti petunjuk,” “mendengarkan dengan penuh perhatian,“ ‘bekerja
sama dengan sama dengan siswa lain,” “menggunakan waktu dengan bijaksana “).
Dikelas atas sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah
menengah atas, kelajiman laporan perilaku berkurang secara berturut-turut,
tetapi malah banyak sekolah menengah atas menilai siswa berdasarkan keriteria
seperti” bekerja sesuai dengan kemampuan” “menyiapkan diri,”dan
“bertanggung jawab.”
DAFTAR
PUSTAKA
Slavin,
Robert E. 2013. Psikologi Pendidikan :
Teori dan Praktik Jilid 2. Jakarta : Indeks Jakarta